KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa pula penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahmat sekalian alam. Seiring dengan itu, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan secara ringkas mengenai PERKEMBANGAN ISLAM DI INDOCINA. Akan tetapi, Penulis menyadari banyak kekurangan dari makalah ini. Setiap kesalahan tidak akan luput dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan masukan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Pekanbaru, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 6
A.MYANMAR................................................................................................................. 4
1.Negara Myanmar........................................................................................................ 4
2.Sejarah Masuknya Islam............................................................................................. 4
B.KAMBOJA................................................................................................................... 8
1.Negara Kamboja........................................................................................................ 8
2.Sejarah Masuknya Islam............................................................................................. 8
3.Islam dan Bangsa Khmer............................................................................................. 9
4.Nasib Islam Kamboja............................................................................................... 10
C.VIETNAM.................................................................................................................. 17
1.Negara Vietnam........................................................................................................ 17
2.Sejarah Masuknya Islam........................................................................................... 17
D.LAOS.......................................................................................................................... 19
1.Negara Laos............................................................................................................. 19
2.Pengungsi Kamboja.................................................................................................. 19
3.Sejarah Masuknya Islam........................................................................................... 20
4.Politik Islam di Laos................................................................................................... 21
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 31
Kesimpulan..................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dugaan kuat kedatangan Islam ke wilayah Asia Tenggara karena proses perdagangan dan bukan melalui proses penaklukan suatu wilayah. Hal ini bisa dilihat dari peranan wilayah Asia Tenggara pada saat itu sebagai salah satu jalur perdagangan yang diminati oleh para pedagang. Jalur perdagangan itu masyur dikenal sebagai jalur sutra laut yang membentang dari mulai Laut Merah- Teluk Persia- Gujarat- Bengal- Malabar- Semenanjung Malaka- hingga ke China.
Teori-teori masuknya Islam ke Asia Tenggara sebagaimana yang telah masyur adalah ada tiga,namun berkembang menjadi empat yaitu:
a. Teori Arab
Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd(1820), Keyzer(1859), Niemann(1861), de Holaander (1861), dan Veth (1878).
b. Teori India
Pendapat ini dikemukakan oleh Pijnapel (1872).
c. Teori Benggali(Bangladesh)
Teori ini dikemukakan oleh Fatimi.
d. Teori China
Dengan keberadaan jalur perdagangan ini, memudahkan dalam penyebaran agama Islam, terutama di wilayah pesisir pantai hingga akhirnya masuk ke wilayah pedalaman. Selain itu penguasaan wilayah pesisir oleh komunitas muslim pada saat itu semakin mempermudah penyebarluasan dakwah dan syiar Islam kepada penduduk pribumi.
Dalam studi penyebaran Islam di wilayah daratan Asia Tenggara yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Filiphina dan Indocina, pola penyebaran melalui perdagangan sangat dominan sekali. Selain itu adanya emigrasi suatu penduduk untuk mendiami wilayah baru di daratan Asia Tenggara ikut pula mempengaruhi proses penyebaran agama Islam seperti contohnya di wilayah Indocina.
Maka dalam pembahasan kali ini akan mengkaji penyebaran agama islam di wilayah daratan Asia Tenggara dengan fokus kajian di wilayah Indocina (Myanmar,Kamboja,Laos,dan Vietnam).
Maka dalam pembahasan kali ini akan mengkaji penyebaran agama islam di wilayah daratan Asia Tenggara dengan fokus kajian di wilayah Indocina (Myanmar,Kamboja,Laos,dan Vietnam).
BAB II
PEMBAHASAN
A. MYANMAR
1. NEGARA MYANMAR
Republik Persatuan Myanmar (juga dikenal sebagai Birma, disebut "Burma" di dunia Barat) adalah sebuah negara di Asia Tenggara.Negara seluas 680 ribu km² ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak kudeta tahun 1988.Negara ini adalah negara berkembang dan memiliki populasi lebih dari 50 juta jiwa.Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Naypyidaw pada tanggal 7 November 2005.[1]
Agama Islam di Negara ini adalah agama minoritas karna hanya terdapat 4% dari total keseluruhan agama yang ada di Myammar.Di Myanmar sendiri,terdiri atas banyak etnik dan Rohingya adalah grup etnis yang kebanyakan beragama Islam di Negara Bagian Rakhine Utara di Myanmar Barat. Populasi Rohingya terkonsentrasi di dua kota utara Negara Bagian Rakhine (sebelumnya disebut Arakan).
2. SEJARAH MASUKNYA ISLAM
Islam sampai ke Myanmar melalui banyak jalan yaitu, para pedagang Arab muslim menetap di garis pantai selama abad pertama hijriyah (ke 7 M) atau sesudahnya, mula mula di atas pantai Arakan, dan kemudian ke selatan. Kemudian disusul oleh komunitas india dan malaysia (melayu) yang telah efektif dalam menyebarkan agama islam. Akhirnya para pengungsi dari Yunan pada abad ke 19 menetap di utara Negara itu.Negara muslim pada saat itu didirikan di Arakan ketika Sultan Bengal yang Muslim Nasiruddin Mahmud Shah (1442-1459 M) membantu raja Sulaiman Naramitha membangun negara Mrauku yang muslim.
Pemerintahan muslim berlangsung beberapa abad di Arakan dan meluas ke selatan sejauh Moulmein selama pemerintahan Sultan salim Shah Razagri 91593-1612 M). Pada saat itu bahasa Persia merupakan bahasa baku negara muslim Arakan. Ibukotanya Myohaung.
Pada 1784 Myanmar yang pengikut budha menaklukan negara muslim, diikuti antara 1824 dan 1826 oleh Inggris. Maka pada saat Myanmar merdeka pada 1948, Arakan dimasukkan kedalam wilayah kekuasaan negara Myamnar.
Pada 1784 Myanmar yang pengikut budha menaklukan negara muslim, diikuti antara 1824 dan 1826 oleh Inggris. Maka pada saat Myanmar merdeka pada 1948, Arakan dimasukkan kedalam wilayah kekuasaan negara Myamnar.
a. Proses Islamisasi
Islam masuk ke Myanmar khususnya wilayah Arakan adalah pada abad ke-1 H/7 M yang dibawa oleh para pedagang Arab yang datang ke Akyab, ibu kota Arakan. Namun Muslim di Arakan dalam proses islamisasi memakan waktu yang lama untuk mewujudkan suatu kekuasaan, mereka baru dapat mendirikan Negara Islam Arakan pada abad ke-8 H/14 M. Proses penyebaran Muslim dari pantai Arakan kemudian lanjut ke selatan dan masuknya Islam ke Myanmar tidak hanya dibawa oleh para pedagang Arab, Muslim Malaysia dan India juga mempunyai peranan yang penting dalam penyebaran Muslim di Myanmar.
Kekuasaan Islam di Arakan berjalan lebih kurang selama 350 tahun dengan 48 orang sultan yang memerintah silih berganti,hingga dijajah oleh Burma pada tahun 1784 dan penjajahan ini berlanjut dengan diambil alih oleh British pada tahun 1822. Pada tahun 1880-an orang-orang Islam di India berbondong-bondong hijrah ke Myanmar, sehingga jumlah Muslim semakin meningkat di Myanmar.
Pada tahun 1948 British memberikan kemerdekaan kepada Myanmar, dengan demikian Arakan daerah kekuasaan Islam menjadi daerah kekuasaan Myanmar.Hal ini membuat Muslim tidak senang, karena mereka diperlakukan secara kejam oleh pemerintah bahkan kewarganegaraan mereka dinafikan.Kondisi ini telah membuat Muslim menuntut agar mereka diberi otonomi untuk menjalankan pemerintahan sendiri.
b. Generasi Pertama Muslim Myanmar
Generasi awal Muslim yang datang ke delta Sungai Ayeyarwady Burma, yang terletak di pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula pada abad ke 9, sebelum pendirian Imperium pertama Burma pada tahun 1055 AD oleh Raja Anawrahta dari Bagan. Keberadaan orang-orang Islam dan da’wah Islam pertama ini didokumentasikan oleh para petualang Arab, Persia, Eropa, dan Cina abad ke 9.Orang-orang Islam Burma merupakan keturunan dari orang-orang Islam yang menetap dan kemudian menikahi orang-orang dari etnis Burma setempat.Orang-orang Islam yang tiba di Burma umumnya sebagai pedagang yang kemudian menetap, anggota militer, tawanan perang, pengungsi, dan korban perbudakan. Bagaimanapun juga , ada diantara mereka yang mendapat posisi terhormat sebagai penasehat raja, pegawai kerajaan, penguasa pelabuhan, kepala daerah, dan ahli pengobatan tradisional.
Muslim Persia tiba di utara Burma yang berbatasan dengan wilayah Cina Yunnan sebagaimana tercatat pada Chronicles of China pada tahun 860. Orang-orang Islam Burma kadang-kadang di sebut Pathi, sebuah nama yang dipercayai berasal dari Persia. Banyak perkampungan di utara Burma dekat dengan Thailand tercatat sebagai penduduk Muslim, dengan jumlah orang-orang Islam yang sering melebihi penduduk lokal Burma. Dalam sebuah catatan,
Pathein dikatakan mendiami Pathis, dan pernah dipimpin oleh Raja India Muslim pada abad ke 13.Para pedagang Arab juga tiba di Martaban, Margue, dan ada pula perkampungan Arab di kepulauan Meik.
Selama pemerintahan Raja Bagan Narathihapate (1255-1286), pada masa perang pertama orang Cina dan Burma, Muslim Tartar Kublai Khan menyerang Kerajaan Kafir dan menduduki wilayah hingga ke Nga Saung Chan. Pada tahun 1283, Kolonel Nasruddin dari Turki menduduki wilayah hingga ke Barnaw (Kaungsin). Orang Turki (Tarek) disebut Mongol, Manchuria, Mahamaden atau Panthays.
c. Muslim Setelah Kemerdekaan Myanmar
Setelah Myanmar merdeka dari British pada tahun 1948, pemerintah Myanmar senantiasa waspada terhadap kedudukan Muslim yang penting di ibu kota Negara. Kemudian Muslim juga banyak yang mempunyai jabatan penting di pemerintahan disamping keterlibatan mereka dalam urusan perniagaan yang membuat Muslim memperoleh kemewahan dari hasil perdagangan.Hal ini telah melahirkan sentimen bagi pemerintah Myanmar dan akhirnya terjadilah kontroversi antara Muslim dengan orang Myanmar yang berakibat banyaknya nyawa orang-orang Islam yang menjadi korban.
Rasa sentimen yang begitu mendalam juga menyebabkan munculnya tindakan keganasan dari pemerintah Myanmar terhadap orang Muslim tanpa perikemanusiaan. Tahun 1930-an merupakan permulaan era kemelaratan dan penindasan bagi orang-orang Islam di Myanmar. Beberapa serangan kejam telah dilakukan terhadap Muslim pada tahun 1931 sampai 1938 dan serangan yang paling ganas serta kejam telah terjadi di Yangon dan Mandanay. Di perkirakan dalam peristiwa tersebut sebanyak 200 orang Muslim terbunuh akibat keganasan tentara Myanmar.
Tanah-tanah Muslim dirampas, pemerintah dengan masyarakat Buddha juga menindas masyarakat Islam dengan memeras uang dan memaksa mereka memberi opeti serta memenjarakan mereka dengan sewenang-wenang.Sebagian umat Islam di usir dan tidak boleh kembali kekampung halamannya.Menjelang tahun 1971 dan tahun-tahun berikutnya, kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap Muslim terus meningkat tajam. Pada tahun 1977 pemerintah Myanmar melancarkan Operasi Raja Min yang juga dikenal dengan Operasi Naga Min, yaitu operasi benci untuk memeriksa semua penduduk dan mengklasifikasikan mereka kepada dua kategori, yaitu penduduk Burma dan rakyat asing.
Orang-orang Buddha mulai di tempatkan di daerah-daerah Muslim dan mesjid-mesjid dibakar, gedung-gedung perniagaan milik orang-orang Islam di kota Akyab juga dibakar. Orang-orang Islam diejek, dipukul dan dibunuh sewenang-wenang, wanita-wanita diperkosa serta sebagian besar dipaksa menikah dengan tentara Myanmar yang beragama Buddha. Kondisi yang lebih parah lagi pada tahun 1964 orang Muslim tidak dibenarkan lagi melaksanakan ibadah haji, walaupun pada tahun 1980 kebijakan itu dicabut tetapi perbelanjaannya sangat mahal dan terpaksa melalui berbagai prosedur yang sangat rumit.
d. Perlawanan Muslim
Perlakuan pemerintah Myanmar yang tidak baik terhadap Muslim telah membangkitkan semangat Muslim untuk melakukan pemberontakan dan perlawanan terhadap pemerintah Myanmar.Apalagi keinginan otonomi tidak mendapat sahutan dari pemerintah yang sangat kejam, semakin membuat Muslim sadar karena mereka sudah diotak atik oleh pemerintah sesuai seleranya. Puncak perlawanan Muslim terjadi pada tahun 1948 berlanjut sampai tahun 1954 yang dikenal dengan Pemberontakan Mujahid yang dipimpin oleh Kasim. Namun Kasim akhirnya tertangkap, tetapi perjuangan umat Islam terus berjalan sampai tahun 1961 dalam memperjuangkan kemerdekaan dari pemerintah.
Perjuangan yang pada mulanya sempat memudar akhirnya pada dekade 1970-an dan 1980-an kembali aktif. Semenjak itu, perlawanan umat Islam tidak henti-hentinya terhadap pemerintah yang selalu bertindak zalim terhadap umat Islam. Kemudian semenjak tahun 1980, Muslim dari daerah lain dipaksa keluar dari Myanmar dengan penganiayaan yang tidak kalah pelaknya dan ribuan Muslim lari ke Thailand dan Malaysia.
B. KAMBOJA
1. NEGARA KAMBOJA
Kamboja terletak di bagian Timur Asia, berbatasan dengan Thailand dari arah utara dan barat, Laos dari arah utara dan Vietnam dari arah timur dan selatan. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.400.000 jiwa, 6% beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas beragama Katholik.
2. SEJARAH MASUKNYA ISLAM
Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi.Ketika itu kaum muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri.
Sepanjang sejarah Kamboja baru-baru ini, kaum muslim tetap teguh menjaga pola hidup mereka yang khas, karena secara agama dan peradaban mereka berbeda dengan orang-orang Khmer. Mereka memiliki adat istiadat, bahasa, makanan dan identitas sendiri, karena pada dasarnya, mereka adalah penduduk asli kerajaan Campa yang terletak di Vietnam yang setelah kehancurannya, mereka hijrah ke negara-negara tetangga di antaranya Kamboja, ini terjadi sekita abad ke-15 Masehi.
3. ISLAM DAN BANGSA KHMER
Pada permulaan tahun 1970-an, jumlah kaum Muslimin di Kamboja sekitar 700 ribu jiwa.Mereka memiliki 122 mesjid, 200 mushalla, 300 madrasah Islamiyyah dan satu markas penghafalan Al-Qur’an. Namun karena berkali-kali terjadi peperangan dan kekacauan perpolitikan di Kamboja dalam dekade 70-an dan 80-an lalu, mayoritas kaum Muslimin hijrah ke negara-negara tetangga.
Bagi mereka yang masih bertahan di sana menerima berbagai penganiayaan; pembunuhan, penyiksaan, pengusiran. Termasuk juga penghancuran masjid-masjid dan sekolahan, terutama pada masa pemerintahan Khmer Merah.Merek dilarang mengadakan kegiatan-kegiatankeagamaan.
Hal ini dapat dimaklumi, karena Khmer Merah berfaham komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, Muslim, budha ataupun lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk Kamboja, di antaranya 500.000 kaum Muslimin, di samping pembakaran beberapa masjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum Muslimin di Kamboja.
Baru setelah runtuhnya pemerintahan Khmer Merah ke tangan pemerintahan baru yang ditopang dari Vietnam, secara umum keadaan penduduk Kamboja mulai membaik dan kaum Muslimin yang saat ini mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat melakukan kegiatan keagamaan mereka dengan bebas, mereka telah memiliki 268 masjid, 200 mushalla, 300 madrasah Islamiyyah dan satu markas penghafalan Al-Qur’an.
4. NASIB MUSLIM KAMBOJA
Kamboja pernah mengalami suatu kejadian yang mengguncang panggung sejarah umat Islam , baik menyangkut politik maupun ekonomi. Dominasi kaum Muslim dalam perdagangan dan upaya penyiaran Islam yang amat gencar dilakukan di daerah ini membantu memfasilitasi naiknya pamor kelompok Muslim di kerajaan Kamboja. Di Kamboja , peranan dan pengaruh kaum Muslim lebih besar karena beberapa abad sebelumnya di Champa yane kemudian bergabung dengan kerajaan Kamboja pernah terdapat kesultanan Muslim.2
Penduduk Muslim Kamboja , sebagaimana kaum Muslim lain, bersifat kosmopolitan. Mungkin karena faktor inilah yang kemudian menjadikan penguasa Kamboja masuk Islam di awal abad ketujuhbelas.3
Masuk Islamnya penguasa Kamboja ini lebih memperkuat posisi dominasi masyarakat Muslim di Kamboja; namun, seperti pengalaman Ayutthaya, ketidakstabilan hubungan internasional di wilayah ini memengaruhi posisi masyarakat Muslim di Kamboja. Mereka tidak mampu mencapai posisi sebelumnya, dan Islam tidak bisa memasuki elit penguasa sebagaimana di kerajaan lain di Asia Tenggara. Konspirasi dikalangan istana negara mengakhiri kekuasaan islam yang singkat di Kamboja. Nasib kaum Muslim yang berubah dengan cepat itu merupakan akibat dari serangan gencar yang dilakukan Eropa yang kemudian mengakhiri dominasi kaum Muslim di Asia Tenggara.4
2D.G.E Hall, loc.cit., hlm. 90-105.
3Ibid., hlm.105-122. Lihat pula tulisan Lucian M.Hanks dan Jane Richardson hanks, “ Suku Kham” dalam Berita Antropologi, Kebudayaan Beberapa Suku Bangsa di Asia Tenggara, Terbitan khusus No. 1, Cetak Ulang, Fak. Sastra UI, Th. VIII No. 28,Oktober 1976, hlm.118-126.
4Baca tulisan Seddik Taouti,”Muslim Kamboja dan Vietnam yang Terlupakan” dalam Ahmad Ibrahim (et. al.),loc.cit., hlm.132-144.
Dalam tragedi yang lebih tragis, ketika Rezim Pol Pot yang telah mengusir penduduk kota besar, menghancurkan pagoda-pagoda, masjid-masjid, bank-bank serta tempat-tempat bisnis dan membantai kaum intelektual. Khmer Merah merusak seluruh infrastuktur Kampuchea, mulai dari orang terpelajar dan intektual , kemudian menyerang bangunan-bangunan serta semua instasi lainnya yang dibutuhkan bagi kehidupan negeri ini. Dalam penghancuran ini orana-orang muslimlah yang paling menderita.5
Muslim Kamboja dalam acara yang tertutup, mendapat bantuan dari Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank IDB) yang digunakan semata-mata untuk kaum Muslim yang menderita kekurangan bahan pokok dalam segala sektor.6
Dari sebuah laporan statistik mengenai penduduk yang melek huruf di Kamboja pada tingkat sekolah dasar tercatat 1.304.225 anak yang 761.811 diantaranya duduk di tahun pertama. Usaha ini yang baru dimulai pada 1975 tergolong sangat membanggakan , mengingat buku-buku pelajaran sekolah ditulis tangan oleh sekelompok guru untuk semua tingkat pendidikan.
Namun, di bawah rezim Pol Pot sekolah-sekolah ditutup atau ditinggalkan dan bantuan serta bahan pelajaran sekolah dimusnahkan. Tak ada anak yang bersekolah. Anak – anak yang berusia 6-10 tahun tak pernah sekolah dan semuanya duduk di tahun pertama sekolah mereka. Bersama mereka terdapat juga mereka yang berusia 10-15 tahun; artinya, mereka yang pernah bersekolah selama 1,2,3, atau 4 tahun, tetapi telah keluar. Oleh karena itu, mereka telah lupa pada pelajarannya.7
5Sedik Taouti, Ibid., hlm. 132-144.
6Ibid., hlm.135,
7Dalam konteks sejarah kelam masyarakat Kamboja yang panjang, masalah utama yang dihadapi sekarang yang mendesak adalah pendidikan dan pengajaran, ekonomi, dan hubungan eksternal dengan dunia luar. Lihat George Mc. Turnan Kahin,loc.cit.,hlm.857-872.
Dalam iklim yang tertekan dan tertindas, telah muncul pemimpin yang sadar akan perlunya pembebasan kaum Muslim di Kamboja. Salah seorang pemimpin komunitas Muslim, yakni Dr. Abdul Kayoun yang mewakili kaum minoritas ini duduk di badan tertinggi , yaitu Front Persatuan Nasional. Teman seperjuangannya , Al-Taman Ibrahim, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo serta Mohammad Wan-Wan yang bertanggung jawab atas urusan agama dalam Front Persaudaraan nasional Nasional itu terus berjuang untuk pembebasan kaum Muslim disana. Gambaran lengkap mengenai situasi komunitas islam yang sangat menderita di bawah rezim kolonial, Sihanouk, Lon Nol dan Pol Pot terdahulu ,strukturnya, para pemimpinnya serta orang-orang militannya , banyak nama –nama para penentang yang tewas sebagai syuhada bagi Islam dalam berbagai rezim.8
Penduduk Muslim di Kamboja berkisar 800.000 orang, tetapi lebih dari 70% diantaranya telah terbantai. Dari 113 masjid, hanay 20 yang tertinggal, sedangkan yang lainnya telah dimusnahkan. Bahkan kedua puluh masjid tadi setelah diperbaiki, diruntuhkan pula. Para mantan pemimpin agama yang di bantai seperti Mufti Haji Abdullah, dibanati juga seperti Hagi Slimane Chekri dan Haji Slimane Fekri.9
Lebih dari 300 guru terlibat dalam pengajaran agama kepada para anggota komunitas. Ada beberapa syeikh yang terkenal , sembilan pemegang diplomaAl-Azhar, lima dari universitas Islam Madinah yang lainnya mendapat pendidikan di Universitas Al-Mohammadiyah di Kelantan, Malaysia, dan ada juga beberapa orang yang dididk di India. Dari semua ini , hanya 38 orang yang masih hidup , sisanya telah dibunuholeh rezim Pol Pot ; dan dari lulusan Al-Azhar hanya dua orang saja yang tertinggal.10
8Seddik Taouti,op.cit., hlm.136.
9Ibid.
10Ibid.
Ada pula masjid yang didirikan tahun 1813 , tetapi dibangun kembali dan diperbaiki 60 tahun yang lalu. Sekitar 40 sampai 50 jamaaah berkumpul untuk menunaikan shalat harian. Pada hari-hari jumat masjid ini penuh sesak dan banyak yang harus shalat di pekarangan.11Masjid hanya memiliki satu Al-quran berbahasa Arab.
Negeri Kamboja ini sebelumnya mempunyai 500 orang dokter, tapi hanya 40 orang yang masih hidup.
Tempat pembantaian oleh Pol Pot yaitu di kamp pembantaian di Toul Sleng.Kamp ini terletak dalam sebuah gedung bekas sekolah menengah atas yang dahulu mempunyai 2000 murid, kemudian diubah oleh Pol Pot menjadi sebuah tempat untuk penyiksaan,penjara dan kuburan.12
UNICEF pada 1979, telah mengoordinasikan semua kegiatan PBB dengan menugaskan delapan orang pakar. Wakil FAO membantu menhidupkan kembali kegiatan pertanian. Komisi tinggi untuk pengungsi mengarahkan tiga pakar yang bertanggung jawab untuk menerima dan menempatkan kembali pada pengungsi yang kembali ke negeri ini. 185.000 pengungsi kembali dari Thailand, 115.000 dari Vietnam dan 20.000 dari Laos. Dari jumlah 320.000 ini, sekitar 20% adalah Muslim.13
Meskipun komunitas Islam menderita akibat pemusnahan terencana yang besar-besaran selama periode dari tahun 1975 hingga Januari 1979, kini para anggota komunitas ini bebas melaksanakan kewajiban agamanya dan pemerintah sekarang ini sedang berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memberikan mereka perwakilan di semua tingkat.
11Ibid.,hlm 137
12Ibid.,hlm 138.
13Ibid.,hlm 139.
Mayoritas Muslim berasal dari etnis Cham. Sulit memastikan kapan Cham mulai mengenal Alquran. Islam memasuki masyarakat Cham diperkirakan pada periode Dinasti Zoong di Cina (960-1280). Komunitas Muslim Cham sudah ada pada abad ke X. Tampaknya melalui hubungan dengan orang-orang melayu lah Cham menjadi Muslim. Cham, setelah kejatuhan negeri pada tahun 1470 , menyaksikan sebagian anggota komunitas mereka mengungsi ke Kamboja di mana mereka semua adalah Muslim.14
Masih tersisa , fenomena kepemimpinan dan hierarki keagamaan di kalangan Muslim Kamboja terdiri dari seorang kepala kerohanian bagi seluruh komunitas yakni Mufti. Di bawahnya terdapat tiga penanggung jawab administrasi yaitu tuan kalik, vadjak dan tuan pake. Di bawahnya lagi , di tingkat masjid terdapat hakim (atau ke vat), dan imam. Khatib bertugas menbacakan doa-doa dan memimpin jemaah, sedangkan bilal bertanggung jawab atas ketertiban agama.15
14Ibid., hlm.142.
15 Ibid., hlm.143.
Namun demikian, perlu diketahui surut ke belakang, ada hasil penelitian yang menggambarkan tentang bagaimana sesungguhnya Islam hidup berdampingan dengan sesama non-Muslim (Buddhis), dan pemahaman mereka tentang Islam sebagaimana dituturkan oleh Aymonier, bahwa tahun 1891 , diketahui hubungan antara umat Muslim dengan pendeta-pendeta cukup baik. Menurut beliau , orang-orang Muslim terpisah dari dunia Islam , akibatnya mereka tidak memiliki semangat untuk menyebarkan agama mereka. Praktik-praktik keagamaan mereka melemah , hukum-hukum kesucian tidak dipatuhi dan sembahyang lima waktu hanya dikerjakan pada hari jumat dan pada bulan Ramadhan. Usaha mempelajari Alquran berkurang . mereka tetap meminum alkohol (Aymonier,1891:79-80). Ner (1941) yang menulis sesudah itu merasakan orang-orang Muslim tidaklah merupakan merupakan orang-orang Islam yang benar-benar. Mereka masih memegang sebagian kepercayaan pra-Islam, dan juga mengambil sebagian dari kepercayaan dan praktik-praktik kelompok-kelompok tetangga mereka. Ner melihat mereka tidak mengerjakan sembahyang lima waktu dan juga tidak mematuhi larangan memakan daging babi dan minuman alkohol. Bagaimanapun mereka tetap mengakui tokoh-tokoh makhluk halus dari agama Islam. Malah orang-orang non muslim pun mempunyai sikap hormat pada Allah SWT. Orang – orang Muslim Kham juga mempunyai kepercayaan pada Muhamad dan inkarnasi dari Porathulak (Rasul Allah , salah satu Nabi). Mereka juga percaya kepada Jiburailak(Jibril) yang telah dicipta oleh Muhammad dan Pohaova(Hawa) dan Po Adam, yang keduanya dicipta oleh Ovlah. (Aymunier , 1891: 40-47). Untuk lebih jelas baca tulisan Lucian M.Hanks dan Jane Richardson hanks, dalam Berita Antropologi ,loc.cit., hlm. 124.
Upacara- upacara Islam dilaksanakan dan dihormati; bulan Ramadhan (boulan Oek) dan bulan Haji (boulan Cek Hadjih) serta bulan Tuhan (olan Ovlah). Melut suatu upacara pengkhitanan anak-anak , serta tamat Alquran , suatu ritual yang lain untuk menghormati orang-orang yang telah menamatkan membaca Alquran sampai sekarang tetap dilaksanakan.16
Keterangan mengenai pemusnahan besar-besaran yang terencana dari pihak Khmer Merah ini agaknya kurang lengkap dan berbias. Sekalipun begitu, jelaslah bahwa antara dua pertiga hingga tiga perempat Muslim dibunuh secara individual ataupun kolektif hanya karena mereka beragama Islam.17
Pembunuhan massal yang sistematis terhadap kaum muslim di Kamboja timbul dari rasa kebencian terhadap agama. Hal ini mungkin karena ternyata kepercayaan kepada Allah tak pernah dapak dirukunkan dengan kepatuhan yang membuta kepada Angkar , organisasi tertinggi Khmer Merah.
Meskipun umumnya mereka berasimilasi dengan penduduk Khmer lainnya yang pada dasarnya Buddhis , bagian terbesar dari kaum Muslim Cham tinggal di wilayah Tonle Sap dan di tepi Sungai Mekong. Mereka juga bermukim di provinsi Kampot dan sekitar ibukota. Kebanyakan mereka adalah nelayan, petani, dan peternak. 18
Dewasa ini mereka sedang berusaha memulai kembali kehidupan mereka. Pertama-pertama yang digarap dalam hal ini material , karena kebanyakan di antaranya hancur luluh. Perlahan-lahan mereka mendapatkan kembali sarana untuk menghidupi keluarga mereka dan komunitas mereka yang bercerai-berai , agar tetap hidup seperti orang-orang Khmer yang lain.
Meski merupakan bagian dari minoritas agama dan etnik sekaligus , orang Cham tidak berselisih dengan tetangga meraka yang beragama Budha. Kedua unsur ini hidup dengan selaras.
Kelangsungan hidup komunitas Muslim Cham di Kamboja terjamin dalam milieu Budddhis yang secara tradisional bersikap toleran. Wajar saja bila komunitas Muslim Cham dan mayoritas Budddhis Khmer harus bersama-sama membuka halaman baru dalam sejarah negeri mereka. Namun, ada benarnya juga bahwa sejarah komunitas Muslim Cham akhir-akhir ini masih tetap tidak dikenal selain oleh beberapa pakar , dan bahwa ia patut dikenal lebih baik.19
16Seddik Taoti, Ibid.
17 Ibid.
18Ibid.
19Ibid.,hlm.144
C. VIETNAM
1. NEGARA VIETNAM
Vietnam berbentuk negara Republik Sosialis dan salah satu negara Asia Tenggara yang terletak di antara Kamboja dan Republik Laos di bagian barat dan Cina di bagian utara.
Adapun jumlah penduduknya mencapai 85 Juta jiwa, Ibu kotanya Hanoy, dan kota terbesarnya adalah Ho Chi Minh City atau Saigon (nama lama). Luas negaranya mencapai 329560 km2, dan terbagi pada 59 wilayah daerah dan 5 kota besar yang kesemuanya tunduk pada pemerintah pusat di kota Hanoy. Di antara kota-kotanya adalah Ho Chi Minh City atau Saigon, dan Haiv Onh.
Menurut sensus tahun 1999, 80.8% orang Vietnam tidak beragama.Keanggotan Islam Bashi dan Sunni biasanya diakreditasikan kepada etnis minoritas Cham, tetapi ada juga pengikut Islam lainnya di bagain Barat Daya Vietnam.Pemerintah Vietnam telah dikritik atas kekerasan beragama.Tetapi, berkat perbaikan tentang kebebasan beragama belakangan ini, pemerintah Amerika Serikat tidak lagi menganggap Vietnam sebagai Country of Particular Concern (negara yang ikut campur dalam bidang-bidang tertentu).[2]
2. SEJARAH MASUKNYA ISLAM
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang penentuan tahun masuknya Islam ke Vietnam, namun mereka sepakat bahwa Islam telah sampai ke tempat ini pada adab ke 10 dan 11 Masehi melalui jamaah dari India, Persia dan pedagang Arab, dan menyebar antara jamaah cham sejak adanya perkembangan kerajaan mereka di daerah tengah Vietnam hari saat ini, dan dikenal dengan nama kerajaan Cham.
Tapi secara umum, Islam sudah mulai menyebar di daratan IndoCina itu pada zaman dinasti Tang di Cina sekitar tahun 618-907 M. Islam diperkenalkan oleh para saudagar muslm dunia yang berlayar sepanjang kota-kota tepi pantai. Hal yang telah diketahui dengan pasti bahwa Islam telah ada di Vietnam pada abad ke 11 M. Dengan ditemukannya 2 batu tulis (prasasti) yang berasal dari muslim Campa bertanggal awal tahun 11M. Kerajaan Campa ini telah berdiri sejak abad ke 2 sampai abad ke-17.
Kekuasaan kerajaan ini tembentang sepanjang pesisir pantai yang sekarang terletak di daerah Vietnam. Pada awal kedatangan Islam, hanya sedikit orang-orang Campa yang memeluk Islam. Akan tetapi ada tahun 1607 dan 1676, seorang Raja Campa memeluk agama Islam, yang menyebabkan banyak rakyatnya memeluk Islam juga. Selama berabad-abad, sedikit demi sedikit wilayah Campa dikuasai oleh bangsa Vietnam ( bangsa Vietnam ini awalnya bertempat tinggal didaerah pedalaman dekat dengan daerah Cina), sampai pada akhirnya pada abad ke-17, seluruh kekuasaan kerajaan Campa dikuasai oleh bangsa Vietnam. Akibat nya bangsa Campa tinggal di daerah pesisir pindah kedaerah yang sekarang terkenal degan nama Trengganu (Malaysia).
Pada awalnya Champa memiliki hubungan budaya dan agama yang erat dengan Tiongkok, namun peperangan dan penaklukan terhadap wilayah tetangganya yaitu Kerajaan Funan pada abad ke-4, telah menyebabkan masuknya budaya India.Setelah abad ke-10 dan seterusnya, perdagangan laut dari Arab ke wilayah ini akhirnya membawa pula pengaruh budaya dan agama Islam ke dalam masyarakat Champa.
Di Vietnam ,umat muslim di pecah menjadi 3 ,yakni:
1. Kelompok pertama: Muslim cham, yang merupakan kelompok mayoritas.
2. Kelompok kedua: umat yang berasal dari suku-suku yang beragam, mereka adalah pedagang muslim yang datang dari negeri-negeri yang beragam kemudian menikah dari anak-anak negeri tersebut, seperti Arab, India, Indonesia, Malaysia dan Pakistan, dan jumlah mereka merupakan kelompok terbesar dari jumlah umat Islam secara keseluruhan.
3. Kelompok ketiga: muslim dari warga Vietnam asli, dan mereka adalah warga Vietnam yang masuk setelah berinteraksi dengan para pedagang muslim dan komunikasi secara baik, seperti kampng Tan Buu pada bagian kota Tan An, baik dengan masuknya warga kepada Islam atau mereka masuk Islam melalui pernikahan.
Terdapat 2 mahzab besar yang diikuti oleh muslim di Vietnam,yakni:
1. Mazhab Sunni tersebar diseluruh penjuru negara kecuali dua tempat antara Tuan Han dan Ninh Thuan, dan mayoritas mereka menganut mazhab Syafi’i.
2. Mazhab Bani tersebut di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan, dan mazhab ini tidak banyak dikenal oleh umat Islam di dunia; karena memiliki ciri khusus domistik dan memiliki pengaruh kuat warisan dari India yang banyak bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.
D.LAOS
1. NEGARA LAOS
Laos adalah salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang berbatasan dengan Myanmar dan Cina di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari Abad ke-14 hingga abad ke-18, negara ini disebut Lan Xang atau Negeri Seribu Gajah.
Beribu kota Vientiane, Laos dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pemerintahan komunis yang masih tersisa di dunia. Mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Buddha Theravada.Karena itu, tak mengherankan kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim terkecil di Asia Tenggara.
2. PENGUNGSI KAMBOJA
Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Saat ini, jumlah penduduk Laos mencapai 6,2 juta jiwa. Setengah dari populasi penduduk Laos berasal dari etnis Lao atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakat di Laos.
Mereka yang berasal dari etnis ini memiliki hubungan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand.Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang.Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.
Keberagaman etnis ini juga tampak pada komunitas Muslim di sana. Muslim Laos didominasi oleh para pendatang dari kawasan Asia Selatan dan juga Muslim Kamboja.Khusus untuk Muslim Kamboja, mereka adalah para pengungsi dari rezim Khmer.Mereka melarikan diri ke negara tetangga mereka, Laos, setelah pemimpin rezim, Pol Pot, menyerukan gerakan pembersihan massal etnis Kamboja Cham Muslim dari tanah Kamboja.
Sebagai pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin.Selain itu, mereka mengalami trauma akibat pengalaman hidup di bawah tekanan rezimKhmer sejak 1975.Semua masjid di Kamboja dihancurkan.Mereka juga dilarang beribadah atau berbicara dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi.
Sejarah pahit mengiringi kepergian Muslim Kamboja ke Laos.Mereka dipaksa makan rumput, sementara satu-satunya daging yang mereka dapatkan dari tentaraKhmer hanyalah daging babi yang diharamkan oleh Islam.
Beberapa orang Kamboja, seperti mereka yang tinggal di Vientiane, kemudian melarikan diri dari kampung halamannya. Sementara itu, sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan identitas etnis mereka dan juga keislamannya. Dari seluruh populasi Muslim Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat kelaparan dan pembantaian.
Kini, di Laos, diperkirakan ada sekitar 200 orang Muslim asal Kamboja. Mereka memiliki masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di distrik Chantaburi yang berjarak sekitar 4 kilometer dari pusat kota Vientiane. Sebagai sebuah tempat ibadah, bangunan Masjid Kamboja ini memang terlihat sederhana sekali.Sebagian bangunan dinding masjid tampak belum selesai dipasang karena kendala pendanaan.
Meski berjumlah sangat sedikit dan tergolong miskin, mereka teguh memegang agama.Umumnya, mereka adalah penganut Mahzab Syafii yang berbeda dengan komunitas Asia Selatan dan Di Vientiane menganut mahzab Hanafi.
3. SEJARAH MASUKNYA ISLAM
Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan.Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya, sepertiThailand dan Birma (Myanmar saat ini). Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.
Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tinggal di dataran tinggi dan perbukitan.Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan.
Dari para pedagang tersebut, kemudian umat Islam di Laos berkembang dengan membangun tempat ibadah, seperti mendirikan masjid di negara Laos20. Sebelum Islam masuk, sebenarnya telah ada etnis lain yang beradaptasi di negara Laos, seperti etnis Lao atau yang dikenal sebagai etnis Lao Lum, etnis tersebut yang mendominasi dari kuantitas jumlah penduduk serta selalu mendominasi dalam hal komunitas masyarakat dan dalam aspek pemerintahan.
Islam memasuki kebanyakan wilayah Asia selama abad pertama Hijriah. Inti komunitas muslim pertama dibangun oleh para pedagang Arab dan Persia, terutama para pelaut dari Arabia Selatan. Kenyataannya pengaruh Saudi Arabia Selatan tampak bahwa semua komunitas muslim di Lautan India dan lebih jauh lagi dari Afrika Timur sampai ke Indo-China pengikut mazhab syafi’i yang menjadi mazhab terpenting di Arabia Selatan21.Lebih jauh, banyak komunitas minoritas di negara-negara Asia kenyataannya dulu merupakan negara-negara muslim merdeka yang digabungkan secara paksa ke dalam entitas non-muslim yang lebih besar. Lebih dari itu, orang-orang muslim dianiaya di banyak negara Asia. 22Dari perjalanan sejarah, umat muslim di Asia Tenggara rata-rata mencapai setengah abad terlepas dari empayer kolonial. Berdasarkan hitungan waktu, tentunya telah banyak peristiwa yang disaksikan oleh umat muslim Asia Tenggara sebagai suatu pengalaman empiris yang memiliki makna tersendiri bagi kehidupan masa depan.23
Dari data berbeda, negara-negara Asia (yang bukan Arab) telah mengenal Islam sejak masa awal munculnya, melalui penaklukan-penaklukan besar yang telah dimulai pada masa khulafaur Rasyiddin. Kemudian berlanjut di masa Umayyah, hingga sampai ke negeri yang berada di belakang dua sungai dan negeri Sind. Penaklukan-penaklukan besar ini terjadi pada masa al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715M). Dia telah menaklukan negeri yang berada di belakang dua sungai pimpinan Qutaibah bin Muslim di tengah penaklukan negeri Sind di bawah pimpinan panglima Muhammad Ibnul-Qasim.24
20Agus Ulum Mulyo, “Islam di Laos”, artikel diakses pada 13 Juni 2011 dari `http://alkayyiscenter.blogspot.com/2010/02/islam-di-laos.html.
21M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005), h. 193
Ketika melihat latar belakang sejarah negara Laos, maka akan ditemukan pemahaman bahwa negara Laos dahulu berbentuk kerajaan yang dikelola oleh kerajaan Nanzhao, kemudian diteruskan kembali oleh kerajaan Lan Xang pada abad ke-14 hingga berkuasa sampai abad ke-18 dan sempat menguasai wilayah Thailand pada waktu itu, sempat juga wilayah kerajaan ini dikuasai oleh negara Perancis, serta akhirnya dikuasai juga oleh Jepang, yang kemudian memberikan kemerdekaan kepada kerajaan Laos pada tahun 1949.
4. POLITIK ISLAM DI LAOS
Memahami peta politik Islam di Asia Tenggara tidak terlepas dari berbagai macam perkembangan yang terjadi di kawasan tersebut dalam membentuk suatu negara modern. Kajian ini adalah gambaran dalam mencerna pemahaman-pemahaman yang terjadi di ruang lingkup Asia Tenggara, khususnya mengenai peran dari politik Islam. Dalam bagian lain, politik Islam di Asia Tenggara juga mencerminkan beberapa aspek pola dinamis dari beragamnya perkembangan pemikiran Islam yang menyebar, sehingga Islam di dalam negara pada kawasan Asia Tenggara memiliki corak yang berbeda ketika bersentuhan dengan dasar-dasar negara tersebut.
Pembahasan politik Islam Asia Tenggara tidak akan mendapatkan sesuatu yang lengkap tanpa melibatkan peran kajian sejarah Islam di kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut juga menguatkan penilaian bahwa Islam mampu di kemudian hari menjadi sebuah kekuatan politik yang di bawa oleh pemeluknya dalam melakukan sebuah proses politik.
Negara Laos dipilih berdasarkan peranan dari umat Islam di kawasan negara tersebut yang berbeda dengan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. Dari dasar perbedaan ini, seperti jumlah umat Islam yang sangat rendah dibanding dengan negara-negara lain sehingga menimbulkan rangsangan untuk mengkaji lebih jauh peranan dari umat Islam pada tahap politik Islam di Asia Tenggara.
22Ibid., h. 194.
23Institute For Southeast Asian Islamic studies (ISAIS), Dinamika dan Problematika Muslim di Asia Tenggara (Pekanbaru: ISAIS IAIN SUSQA, 2001), h. 11.
24Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), h. 550.
Di negara Laos, pihak komunis memang sangat dominan, sebab hal tersebut tidak terlepas dari sejarah bahwa negara Laos pernah didukung oleh Uni Soviet dan negara tetangganya, yaitu Vietnam dalam upaya mencari kemerdekaan, hingga akhirnya kaum komunis Pathet Lao diberi dukungan yang sangat besar oleh dua negara tersebut, yaitu Uni Soviet danVietnam dalam mencapai kemerdekaannya25. Dengan demikian, Laos mendapat kemerdekaannya dengan mengganti nama negara resmi sebagai Republik Demokratik Rakyat Laos.
Dari pembahasan ini, sebenarnya tidak ada unsur-unsur umat Islam dalam membantu kemerdekaan di negara Laos. Hal tersebut bukan karena umat Islam tidak berkenan, namun harus diingat bahwa Islam adalah agama pendatang dan belum mencapai pola adaptasi yang baik di kawasan tersebut sehingga umat Islam pada waktu itu hanya meningkatkan peran dakwah dan ekonomi, sehingga tidak terlibat dalam hal seperti itu. Hal tersebut juga menjadi pembenaran karena umat Islam pada waktu itu tidak mendapat tempat di kalangan etnis asli negara Laos, sehingga etnis asli negara Laos mendominasi hal tersebut.
Di Asia Tenggara, orang Islam sebagai penduduk mayoritas hanya di Indonesia, Malaysia dan Brunei. Sedangkan di Thailand, Filipina dan Singapura, orang-orang Islam menjadi minoritas. Bahkan di Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar, jumlah penduduk muslim sangat sedikit. Dengan gambaran seperti itu, akar persoalan orang Islam di masing-masing negara juga berbeda.26
25Rodotul Munawaroh, Politik Islam di Laos (makalah pada FUF UIN Jakarta, 2008), h. 2.
26S.Yunanto, Gerakan Militan Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara (Jakarta: The Ridep Institute, 2003), h. 161.
a. Islam dan Komunitas Politik
a. Islam dan Komunitas Politik
Umat Islam di negara Laos memang ada, namun jumlahnya tidak terlalu banyak, hal ini bahkan sangat sedikit dibanding dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Dalam kalkulasi angka terdapat klasifikasi komunitas politik yang mempuntayi jumlah kuantitatif terbanyak adalah mereka yang beragama Budha Theravada sekitar 65%, yang terdiri dari berbagai etnis di negara Laos, seperti etnis Mon-Khmer, etnis Lao, Khadai, Austro Asiatik, dan berbagai keturunan campuran dari negara Thailand dan negara Vietnam. dan 15 %-nya adalah orang-orang Thai dengan 10 % sisanya merupakan suku-suku daerah perbukitan. Dari umat Islam sendiri hanya sekitar 0,01% dari jumlah penduduk negara Laos yang berjumlah 6,5 juta orang. Selain itu, pihak Kristen mendapat sekitar 1,3% dan lainnya, seperti kepercayaan animisme dan baha’i sekitar 33,6%27.
b. Islam dan Konstitusi
Negara Laos mengikuti konstitusi baru pada tahun 1991 sehingga pada tahun berikutnya mengadakan pemilihan umum untuk memilih 85 kursi Dewan Nasional yang para anggota-anggotanya dipilih secara rahasia untuk masa jabatan selama 5 tahun. Di dalam konstitusi Laos sebenarnya menjamin dan menghormati kebebasan berkeyakinan dan beragama, hal tersebut terlihat ketika banyak kejadian tentang penistaan terhadap suatu agama, maka dapat diselesaikan dengan baik. Dasar dari konstitusi ini ada di bab 3 Pasal 23 tentang kewarganegaraan konstitusi negara Laos yang berbunyi Pasal 22 yang berbunyi semua warga negara Laos sama di depan hokum, terlepas dari apapun kepercayaan, etnis, status sosial dan ekonomi28.
27“Profil Negara Laos”, dalam blog Kedutaan Besar Amerika Serikat, artikel diakses 12 Juni 2011 pada http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2770.htm
28Konstitusi Republik demokrasi Rakyat Laos yang diakses pada 12 Juni pada http://www.un.int/lao/constitution.htm
c. Islam dan Tipe Rezim
Sebenarnya dalam konstitusi negara Laos terdapat makna bahwa semua kekuasaan berada di tangan rakyat, namun dalam kenyataan prakteknya tidak demikian. Sistem pemerintahan yang dipakai oleh Laos adalah sistem parlementer, dimana ada seorang presiden dan perdana menteri. Saat ini yang menjabat Presiden adalah Choummaly Sayasone dan Perdana Menteri adalah Thammavong Thongsing. Dapat diketahui bahwa tipe rezim dari negara Laos ini adalah sosialis-komunis yang dianut ketika pada waktu terjadi pra-kemerdekaan yang dibantu oleh Uni Soviet dan Vietnam. Setiap pemberontakan di negara Laos selalu ditekan oleh rezim yangbbersangkutan, dengan begitu sangat kecil kemungkinan para pemberontak dapat mendominasi.
d. Islam dan Pemerintahan (kebijakan)
Pemerintahan yang ada di negara Laos mengikuti pemerintahan yang ada di negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, namun dalam parkteknya juga berbeda. Di dalam sistem pemerintahannya dikenal dengan Trias Politica yang kemudian berkembang lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Ketiga lembaga ini yang kemudian mengambil peran dalam menetukan kebijakan yang terjadi di negara Laos, namun harus didingat bahwa setiap kebijakan memang harus disetujui oleh kepala pemerintahan. Dalam konstitusi tertulis dari negara Laos disebutkan bahwa pemerintah adalah organisasi adminitrasi dari negara yang bertugas mengemban tanggung jawab dari rakyat. Selanjutnya, dalam bagian lainada juga lembaga peradilan yang bertugas mengadili setiap kebijakan-kebijakan yang keliru. Berikut adalah tugas-tugas dari pemerintahan negara Laos berdasarkan konstitusi, antara lain adalah:
1) Untuk melaksanakan konstitusi, hukum dan resolusi dari Majelis Nasional serta keputusan negara dan bertindak.
2) Untuk menyerahkan rancangan undang-undang kepada Majelis Nasional, draft keputusan dan bertindak kepada Presiden negara.
3) Untuk memetakan rencana strategis pada pembangunan sosial-ekonomi dan anggaran negara tahunan dan menyerahkannya kepada Majelis Nasional.
4) .Untuk mengeluarkan dekrit dan keputusan tentang pengelolaan pertahanan nasional sosial-ekonomi, ilmiah dan teknis bidang dan keamanan.
5) Untuk mengatur, membimbing dan mengawasi fungsi organisasi manajerial dari seluruh cabang dan organisasi administrasi lokal.
6) Untuk mengatur dan mengawasi kegiatan pertahanan nasional dan keamanan.
7) Untuk menandatangani perjanjian dan kesepakatan dengan negara-negara asing dan pedoman pelaksanaannya.
8) Untuk menangguhkan atau mencabut keputusan, instruksi dari kementerian, organisasi-organisasi pelayanan-setara, organisasi yang melekat pada pemerintah, dan organisasi administratif lokal jika mereka bertentangan dengan undang-undang.
9) Untuk melaksanakan hak-hak lain dan melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh hokum.
e. Islam dan Parlemen
Negara Laos ini menganut sistem parlemen satu kamar yang dikenal Dewan Nasional yang bertugas membentuk kabinet dalam pemerintahan negara Laos. Dengan cara seperti ini seluruh kabinet dipilih berdasarkan kehendak dari partai tunggal yang ada di negara Laos. Sampai saat ini, Dewan Nasional terdiri dari 115 anggota dewan yang berasal dari Partai Komunis Rakyat Laos. Dari 115 anggota Dewan Nasional yang duduk, diantaranya terdapat 14 orang yang mengurus Partai Komunis di tingkat pusat, sedangkan hanya dua orang yang ada di Dewan Nasional yang berada pada posisi netral. Dengan begitu, umat Islam di negara Laos sangat sulit menembus Parlemen.
f. Islam dan Partai Politik
Negara Laos menganut komunis yang dibawa pada waktu pra-kemerdekaan, dengan begitu sistem kepartaian juga menjadi sistem partai tunggal dan partai politik yang diakui oleh pemerintahan negara Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos (PRRL). Dengan demikian, umat Islam dalam menjalankan aktivitas politknya tidak dapat dengan membuat partai Islam, oleh karena itu cara yang baik adalah dengan terlibat di partai tunggal tersebut.
g. Islam dan Civil Society
Di negara Laos terdapat beberapa lembaga sosial yang bertugas dalam berbagai program kemanusiaan di tengah-tengah kehidupan perpolitikan pada negara Laos, diantaranya adalah:
1) Lao Women Union (LWU), yang bekerja pada pengembangan keahlian kaum perempuan dalam mengurangi kemiskinan, hal tersebut juga kemudian digunakan sebagai sarana studi gender.
2) Lao Natioanl Front For Rekonstruksi (LNFFR), yang bekerja untuk membangun solidaritas nasional dan membantu kelompok minoritas.
3) Lao People’s Revolutionary Youth Union (LPRYU), yang bertugas memberikan pelatihan ketenagakerjaan terhadap para pemuda.
4) Lao Front Trade Union (LFTU), yang berugas menyalurkan aspirasi kaum buruh dan hak-hak para pekerja.
h. Islam dan Perilaku Massa
Perilaku massa yang terjadi ketika semua tindakan represif yang hadir memberikan sebuah penekanan bahwa ada beberapa gerakan-gerakan yang radikal dalam memprotes tindakan yang terlalu kuat dari pemerintah. Tindakan seperti ini datang dari berbagai kelompok yang tidak terlibat dalam sistem pemerintahan, akan tetapi di luar dari sistem pemerintahan. Namun, dalam hal umat Islam mengenai perilaku massa masih snagt kecil untuk mempengaruhi karena berbagai kekurangan dan kelemahan yang terjadi.
i. Analisa Prospek Islam di Laos
Seperti yang telah dijelaskan bahwa sebelum Islam datang sebenarnya telah ada berbagai etnis di wilayah Laos, yang terdiri dari suku asli dan pendatang. Pada aspek seperti ini, akan menjelaskan bahwa agama islam memang agama pendatang yang secara langsung masuk ke dalam wilayah Laos dengan berbagai bentuk saluran, termasuk saluran perdagangan/ekonomi, dan sebagainya. Oleh karena itu, agar memberikan kesan analisa yang terperinci, maka akan dibagi ke dalam beberapa segi pendekatan dalam menganalisa, yaitu:
1. Analisa mengenai kekuatan Islam
Walaupun Islam masuk ke dalam wilayah Asia Tenggara, khususnya Laos sebagai agama pendatang, namun harus diingat bahwa dari factor sejarah, Islam mampu memberikan pemahaman lebih terhadap pola kehidupan universal, dari hal tersebut dapt diterjemahkan bahwa salah satu kekuatan Islam terlihat pada dirinya yang terbuka/inklusif terhadap berbagai perkembangan yang terjadi sehingga Islam mampu menyesuaikan diri tanpa dibentuk oleh pengaruh dari luar Islam. Selanjutnya, hal tersebut ditopang dengan konstitusi Laos yang memberi jaminan terhadap kebebasan beragama dan penjaminan, hal ini memberikan justifikasi bahwa Islam mampu, khususnya umat Islam menyebar-luaskan dakwah islam secara terbuka dalam media pendidikan sehingga dapat memberikan pemahaman kelompok non-Islam tentang Islam dan memperkuat basis dari umat Islam sendiri dalam memajukan Islam kultural.
Salah satu aspek yang terpenting dalam memaksimalkan hal tersebut adalah dengan cara penguatan basis Islam kultural, yaitu membudayakan Islam ke tengah-tengah masyarakat tanpa melihat kelompk apapun. Hal ini jelas menjadi kekuatan Islam karena penguatan basis Islam kultural akan sulit terdeteksi oleh rezim yang terlalu represif terhadap gerakan Islam yang terlalu vokal dan militan/radikal. Dengan begitu, Islam lewat media penguatan Islam kultural dapat menjamin terhadap apapun yang umat Islam perlukan dalam berbagai produk kebijakan. Dengan penguatan Islam kultural pula yang didukung oleh konstitusi yang sedikit terbuka akan mampu merambah ranah politis, seperti memungkinkan umat Islam masuk ke ranah pemerintahan atau non-muslim yang mempunyai kedekatan erat dengan basis Islam kultural dan mempunyai program yang Islami dapat masuk ke dalam pemerintahan sehingga kebijakan selanjtnya mampu memberikan kontribusi yang baik bagi keberlangsungan umat Islam.
2. Analisa mengenai kelemahan Islam
Dalam menganalisa hal ini, dapat dijelaskan bahwa ada banyak kelemahan yang terdapat dalam umat Islam di Laos, seperti dalam segi kuantitas uamt Islam sangat rendah, yaitu hanya 0,01 dari 6,5 juta penduduk negara Laos, hal ini menun jukkan bahwa umat Islam di laos menjadi penduduk yang sangat minoritas disbanding yang lain. Di samping itu, ketika melihat dari tipe rezim pun selalu dipegang oleh komunitas yang berkuasa sehingga ini mengakibatkan umat Islam selalu terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang langsung dari rezim tersebut.
Setelah itu, ketika dilihat dari segi yang berbeda, yaitu pemerintahan dan parlemen, umat islam sungguh mendapat perlakuan yang diskriminatif, sebab anggota dari pemerintahan dan parlemen selalu dipilih oleh pihak dari partai yang berkuasa, yaitu partai tunggal yang menganut paham komunis, dimana dalam hal pengkaderan selalu mengesampingkan pihak-pihak dari umat islam dan lebih condong ke kader yang sehaluan dengan partai tersebut.
Kelemahan tersebut bertambah berat ketika di negara Laos hanya diterapkan sistem kepartaian tunggal, artinya tidak diperbolehkan partai politik Islam sehingga untuk menuju kepada kekuasaan umat Islam harus mampu berada pada partai tunggal tersebut. Dari berbagai kelemahan tersebut yang paling penting adalah, umat Islam dilemahkan oleh rezim dan umat Islam sendiri belum mampu bangkit dalam membentuk kekuatan baru sebagai peningkatan basis internal dari umat Islam sendiri di negara Laos.
3. Peluang dan Tantangan
Dilihat dari berbagai kekuatan dan kelemahan Islam, khususnya umat Islam di negara Laos. Peluang umat Islam berada pada tahap penguatan internal atau dalam bahasa lain adalah menimbulkan Islam kultural di negara Laos, setelah seperti itu maka peluang selanjutnya adalah lewat pemaksimalan konstitusi yang terbuka bagi perkembangan Islam di negara Laos. Islam di negara Laos harus menjadi agama yang toleran dan terbuka, dan tidak menutup diri, dengan strategi tersebut diharapkan mampu memberikan pemahaman lain bagi perkembagan Islam di negara Laos.
29 Muhammad Tholhah hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Jakarta: Lantabora Press, 2005), h. 253.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kedatangan Islam ke wilayah daratan IndoCina secara garis besar bersamaan dengan kedatangan Islam di wilayah semenajung Asia Tenggara hal ini dikarenakan adanya keterkaitan hubungan perdagangan antar wilayah –wilayah tersebut.
Masuknya Islam kedaratan tak lepas dari proses perdagangan sebab para pedagang yang beragama Islam ikut menyebarkan syariat sembari berniaga.
Berbeda Negara lainnya di Asia Tenggara ,daerah daratan IndoCina merupakan wilayah yang beragama Islam adalah agama minoritas,namun para pengikutnya tetap berpegang teguh pada pendirian mereka.
Khususnya umat Islam di negara Laos ini untuk bangkit dari keterpurukan masih ada, namun memiliki kemungkinan yang kecil—kalau tidak ingin dikatakan tidak ada—hanya saja perlu kerja keras untuk memperkuat basis internal dan penguatan kebangkitan Islam di negara Laos dengan cara penguatan Islam kultural yang bersifat terbuka dan toleran sesuai dengan perkembangan pola kehidupan di negara Laos. Dengan demikian, Islam secara membudaya akan menjadi kekuatan besar di negara Laos, namun waktu untuk menentukan hasil yang seperti itu membutuhkan beberapa abad sehingga persatuan di dalam umat Islam itu sendiri harus kuat dan erat.
DAFTAR PUSTAKA
Azra,Azyumardi(ed.).1989.Perspektif Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ismail Hussein, P.B. Lafont dan Po Dharma (Penyt.). 1995. Dunia Melayu dan Dunia Indocina.Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia: Kuala Lumpur.
M. Ali Kettani. 2005. Minoritas Muslim di Dunia Dwasa Ini.Terj. Zarkowi Suyuti. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Po Dharma. 1996. “Kerajaan Campa” dalam Semenanjung Indocina: Suatu Pengenalan. P.B. Lafont (Pnyt.). Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia: Kuala Lumpur.
Thohir,Ajid 2009. Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif etno-Lingusitik dan Geo-Politik.Jakarta: Rajawali Pres.
Institute For Southeast Asian Islamic studies (ISAIS), Dinamika dan Problematika Muslim di Asia Tenggara (Pekanbaru: ISAIS IAIN SUSQA, 2001)
Hasan, Muhammad Tholhah, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Jakarta: Lantabora Press, 2005)
Kettani, M. Ali, Minoritas Muslim di dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005)
Munawaroh, Rodotul, Politik Islam di Laos (makalah pada FUF UIN Jakarta, 2008)
Usairy, Ahmad, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004)
Yunanto, S. Gerakan Militan Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara (Jakarta: The Ridep Institute, 2003)
0 komentar:
Posting Komentar