Jumat, 10 Agustus 2012

SEJARAH PRA-ISLAM di ASIA TENGGARA

Kata Pengantar
            Berkat Rahmad dan hidayah Allah SWT, Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang kami berjudul Sejarah Pra-Islam di Asia Tenggara sebagai bahan tugas dan bacaan dalam rangka mempertebal keimanan (keyakinan) kita kepada Al-Khaliq.
            Makalah ini kami persembahkan bagi siapa saja kaum muslimin yang ingin meningkatkan pengetahuan keagamaan terutama mengenai Sejarah Islam di Asia Tenggara. Kami menyadari bahwa  makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan senang hati kami akan menerima masukan dan kritik konstruktif dari semua kalangan demi lebih baiknya makalah ini.
            Tak lupa kami haturkan terima kasih banyak kepada bapak ADE JAMARUDIN, SS, M.A yang telah banyak membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini selesai pada waktu yang telah ditentukan. Kami berdoa kepada Allah SWT semoga makalah ini banyak membawa manfaat, baik terhadap penyusun maupun terhadap para pembaca.
Amiin yaa Rabbal Aalamiin….
02 Jumadil Awal 1433 H

 
 
25 Maret 2012 M
 
2.9  Pra-Islam di Burma: Pyu, Pegu dan Arakan (Myanmar)
2.10   Pra-Islam di Vietnam
2.11   Pra-Islam di Kamboja Escapade
 
  http://www.pengobatan.com/images/al_quran.gif

                                          Pekanbaru, 
                                                               

                                                                        (Penyusun)
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ I
Daftar Isi.......................................................................................................................... II
Bab      1          Pendahuluan............................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
                        1.2 Rumusan Masalah..............................................................................
                        1.3 Tujuan Pembahasan...........................................................................
BAB   2          Pembahasan Materi Sejarah Pra-Islam Di Asia Tenggara...................
                        2.1  Pra-Islam di Indonesia......................................................................
                        2.2 Pra-Islam di Malaka...........................................................................
                        2.3 Pra-Islam di British Malaya, Singapura, dan Borneo.........................
                        2.4 Pra-Islam di Malaysia.........................................................................
                        2.5 Pra-Islam di Singapura.......................................................................
                        2.6 Pra-Islam di Brunei............................................................................
                        2.7 Pra-Islam di Thailand.........................................................................
                        2.8 Pra-Islam di Philipina.........................................................................
                        2.9 Pra-Islam di Burma: Pyu, Pegu dan Arakan (Myanmar)...................
                        2.10 Pra-Islam di Vietnam.......................................................................
                        2.11 Pra-Islam di Kamboja Escapade......................................................
Bab      3          Penutup....................................................................................................      
                        3.1 Kesimpulan........................................................................................      
                        3.2 Saran..................................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Bagi banyak sarjana Barat, Asia Tenggara tentu saja bukan wilayah yang langsung terbayang ketika membicarakan Islam. Kajian tentang islam bagi mereka umumnya masih mengidentikkan Islam dengan Timur Tengah. Berbeda dengan kebanyakan dari sarjana Barat lainnya, Robert W. hefner mengatakan bahwa melakukan studi tentang Islam Asia Tenggara khususnya Indonesia adalah sangat penting dan menarik. Indonesia contohnya, adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. 
Senada dengan Hefner, John L. Esposito melukiskan pengalaman dan keterkejutannya melihat Islam Asia Tenggara saat ini. Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, Esposito tidak tertarik kepada Islam di Asia Tenggara. Salah satu faktornya adalah pandangan umum yang berkembang di kalangan ilmuwan barat, bahwa Islam Asia Tenggara adalah Islam peripheral (pinggiran). Namun, tahun 1990-an Esposito mengalami ketertarikan, bahkan kekaguman. Esposito mengatakan bahwa Indonesia dan Malaysia akan muncul dan memainkan peran penting dalam dunia Islam.
Umat Islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, Malaysia, Pattani (Thailand Selatan) dan Brunei. Proses konversi massal masyarakat dunia Melayu – Indonesia ke dalam Islam berlangsung secara damai. Konversi ke dalam Islam merupakan proses panjang, yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Islamisasi itu lebih intens dan luas sejak akhir abad ke-12. Meski pedagang muslim dari kawasan Jazirah Arab telah hadir di beberapa tempat di nusantara sejak abad ke 8, tidak ada bukti yang memadai bahwa mereka memusatkan diri pada kegiatan penyebaran Islam. Islamisasi baru terjadi pada akhir abad ke-12, ketika para guru sufi dari berbagai tempat di Jazirah Arab mengembara ke Asia Tenggara.
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan juga melalui kegiatan kaum pedagang. Islam yang masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa paksaan sehingga Islam mudah dipahami masyarakat. Adapun proses islamisasi ke Asia Tenggara yang berkembang ada beberapa hal yaitu perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan pembahasan tentang Sejarah pra-islam di Asia Tenggara. Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin…

2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, penyusun merumuskan
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah Pra-Islam di Asia Tenggara?
2. Bagaimanakah Sejarah Pra-Islam di berbagai Negara di Asia Tenggara?
3. Bagaimanakah keadaan Negara sebelum Islam masuk?

2.2. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang:

1. Sejarah Pra-Islam di Asia Tenggara
2. Sejarah Pra-Islam di berbagai Negara di Asia Tenggara
3. Keadaan berbagai Negara di Asia Tenggara sebelum Islam masuk



BAB II
PEMBAHASAN
 Sejarah Pra Islam Di Asia Tenggara
Menurut Para Ahli Masyarakat orang Melayu datang ke wilayah Asia Tenggara dapat digolongkan kepada :
    1. Proto melayu (melayu pertama atau melayu tua) datang lebih awal sekitar 3000 – 2500 SM. Mereka umumnya generasi yang masih mempertahankan paham animisme dan dinamisme.
    2. Deutro melayu (melayu gelombang kedua atau melayu muda), mereka datang dari dataran Asia menuju ke berbagai penjuru Asia Tenggara dimulai kira-kira 300 - 250 SM. Sehingga ketika datang dan berbaur dengan suku-suku lain di wilayah yang baru dihuni suku terakhir ini mudah menyesuaikan diri dengan kebudayaan baru yang berkembang saat itu, termasuk ketika kedatangan penyebar agama Hindu, Buddha, dan Islam.
Perkembangan agama Buddha pesat ketika dimotori oleh lahirnya kerajaan Melayu terbesar yaitu Sriwijaya di Sumatra sekitar abad ke-7 – 11M. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha lewat bahasa Sansekerta ke dalam bahasa dan budaya masyarakat melayu begitu banyak, karena berlangsung selama 500 tahun. Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa juga punya andil besar dalam mengembangkan dua agama tersebut (lebih khusus Hindu), sehingga mampu menyatukan wilayah Nusantra dalam satu kekuasaan. Tidak heran bila agama Hindu-Buddha berkembang ke sebahagian besar penjuru Nusantara.
Memasuki abad ke-12 M, kerajaan Sriwijaya mulai surut, bila dilihat dari sudut ekonomi dan politik. Hal ini diperburuk dengan lahirnya Kerajaan Singosari (di Jawa) melakukan ekspedisi Pamalayu (1275 M).
Keadaan ini mendorong daerah-daerah di bawah kekuasaan Sriwijaya melepaskan diri dari pusat kekuasaan, sehingga pusat perdagangan berpindah, yaitu semakin berkembang di perairan Malaka.Van Leur menegaskan, berdasarkan hasil perjalanan Sulaiman dan Marcopolo, diperkirakan sejak tahun 674 M ada koloni Aran yang sudah berdagang ke Barat Laut Sumatera. Meskipun jalinan dagang sudah terjadi jauh setelah Islam lahir, namun menurut Taufik Abdullah belum ada bukti bahwa penduduk pribumi yang disinggahi pedagang muslim itu telah memeluk agama Islam, dan kelompok yang beragama Islam masih dari pedagang muslim pendatang yang menunggu musim pelayaran tiba.
Pembawa ajaran Islam ke Wilayah Nusantara adalah terdiri dari para pedagang dan para sufi. Kemudian mereka berinteraksi dengan penduduk pribumi dalam jangka pendek (sambil menunggu musim pelayaran) untuk berpindah ke negara asal atau negara lain. Dalam jangka panjang saudagar yang pernah datang ke nusantara atau yang belum mulai bermukim bahkan melangsungkan perkahwinan dengan penduduk pribumi. Dari perkahwinan ini lahir komunitas baru, terutama di pesisir-pesisir pantai. 
Anthony Reid menyebutkan ada beberapa faktor penting yang menyebabkan terjadinya konversi massal masyarakat melayu kepada Islam pada masa perdagangan, yaitu :
A. Portabilitas sistem keimanan islam. Sebelum kedatangan Islam, sistem kepercayaan lokal, yang berpusat pada penyembahan arwah nenek moyang, tidaklah portable, tidak siap pakai dimana pun, tidak berlaku dalam semua kondisi.
B. Asosiasi Islam dengan kekayaan. Bisa dipastikan, masyarakat lokal di wilayah melayu pertama kali bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di wilayah pesisir atau pelabuhan. Mereka adalah pedagang-pedagang muslim yang kaya raya.
Al-attas merangkum beberapa teori yang diajukan oleh sarjana barat tentang cepatnya Islam diterima di kawasan asia tenggara, teori-teori itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) Faktor perdagangan membawa Islam ke kepulauan ini.
(2) Faktor pedagang-pedagang, pegawai-pegawai yang kawin dengan penduduk lokal (bukan Islam), faktor ini dipandang lebih mudah terjadinya proses pengislaman di kalangan masyarakat.
(3) Faktor permusuhan antara orang-orang Islam dengan Kristen yang mempercepat penyebaran islam, terutama pada abad ke-15 dan ke-17.
(4) Faktor politik yang dianggap sebagai motif dan mudahnya penyebaran islam.
(5) Faktor penghargaan nilai ideologi Islam dianggap lebih rasional bagi memeluknya.
    "Islam datang" ke Asia Tenggara menurut S.M.N. Al-Attas, Fattimi, Hasyimi, dan Hamka pada abad ke-7 dan 8 M. "Islam berkembang" abad ke 13 M ke sebahagian wilayah nusantara. Sedangkan "Islam menjadi kekuatan politik" memasuki pada abad ke-15 M setelah tumbangnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
2.1  Pra-Islam  di Indonesia
Ketika Funan jatuh di bawah Khmer aturan, perdagangan Indocina diambil oleh negara lain. Yang di lokasi yang terbaik adalah Sriwijaya, di pantai tenggara Sumatera dekat baik Malaka dan selat Sunda. Mungkin ada sebagai kerajaan sebelum runtuhnya Funan, tetapi catatan pertama menyebutkan bahwa Sriwijaya adalah buku harian perjalanan I-ching, seorang peziarah Budha Cina yang dikunjungi di 671 dan memuji modal, Palembang, untuk 1.000 yang rahib dan sebuah perpustakaan yang sangat baik dari teks-teks suci.
Seratus tahun kemudian Sriwijaya tidak hanya memerintah Sumatera tetapi juga semenanjung Melayu dan Jawa Barat, memberikan kontrol hampir penuh atas perdagangan Indocina. Dan dengan pertumbuhan negara-negara baru yang kuat bersemangat untuk berdagang dengan satu sama lain (Dinasti Tang dari Cina dan kekhalifahan Islam di Timur Tengah), Sriwijaya bisa berharap untuk masa depan yang sejahtera.
Sriwijaya tidak pernah lupa bahwa kemakmurannya berasal dari luar negeri. Para Srivijayans menyimpan ramah Cina dengan diplomasi, mengirimkan pedagang ke pengadilan Cina dalam kedok pengikut menawarkan upeti. Untuk menambah penghasilan mereka sebagai perantara, industri lokal dikembangkan di lada, nipah tikar, kulit penyu, lilin lebah, kayu aromatik, dan kamper. Orang Asli(Hutan Rakyat) dipekerjakan untuk mengumpulkan kayu dan menemukan pohon-pohon sakit yang merupakan sumber dari kapur barus, dan para bajak laut Malaka (Orang Laut atau Orang Laut) direkrut ke dalam angkatan laut Srivijayan, untuk membela selat bukan menjarah mereka. Semua pengikut mereka dan sekutu, di darat dan laut, diajarkan bahwa raja-raja Srivijayan adalah anak-anak para dewa, dan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk menjatuhkan siapa pun bersalah atas pengkhianatan. Ide ini segera menjadi begitu luas bahwa hamba raja rutin melakukan bunuh diri saat kematiannya.
Meskipun semua ini, Sriwijaya memang harus menghadapi persaingan dan pesaing paling agresif adalah kerajaan Mataram, di tengah dan timur Jawa. Raja pertama Mataram penting adalah Sanjaya (732-750), yang berangkat dengan armadanya untuk menyerang setiap orang dalam jangkauan, termasuk Sriwijaya, Chenla, dan bahkan Cina. Pada awalnya Srivijayans tidak bisa menahan ancaman ini, tapi beberapa tahun kemudian sebuah dinasti kedua, Sailendras, muncul di Jawa.Karena Sailendras adalah umat Buddha, sementara Sanjaya dan penggantinya adalah orang Hindu, Sriwijaya dan Sailendras dengan cepat menjadi teman. Para Sailendras mungkin menerima bantuan dari Sriwijaya ketika mereka menggulingkan saingan mereka di 775. Kemudian penguasa baru Sriwijaya dan Mataram disemen hubungan baik dengan perjanjian dan pernikahan kerajaan. Dengan 860 penguasa Sriwijaya juga sebuah Sailendra, boasting leluhur Jawa.
Sedangkan Sriwijaya bergantung pada perdagangan karena kekayaan, Mataram adalah masyarakat yang berorientasi pertanian. Raja yang menunjukkan pengabdian mereka kepada agama Buddha dengan membangun Candi Borobudur di tengah Jawa. Besar dengan ukuran apa pun, Borobudur adalah lima-lapis langkah piramida yang berisi dua juta kaki kubik batu, 73 berbentuk lonceng kuil ("stupa"), dan 1460 bas-relief. Sriwijaya, sebaliknya, begitu sibuk dengan perdagangan yang tidak dibangun monumen abadi apapun.
Borobudur tidak dimaksudkan untuk menjadi tempat ibadah, tetapi panduan untuk pencerahan. Terjadi di sekitar tepi pada setiap tingkat adalah jalur cekung, berjajar di kedua sisi dengan relief menampilkan adegan dari kehidupan Sang Buddha. Setiap tahap lanjut, Sang Buddha menjadi kurang terlibat dengan hal-hal dari dunia ini. Para peziarah yang mengikuti semua lima koridor (jalan kaki 3-mil) muncul pada platform terbuka ke langit, meninggalkan bumi di belakang. Pada platform ini tiga platform yang lebih kecil, lingkaran untuk mewakili kesempurnaan. Ini adalah tempat stupa berdiri; tempat suci masing-masing berisi gambar Buddha, sebagian tertutup oleh layar batu karena seorang manusia hanya dapat setengah memahami Buddha. Kuil tertinggi dan terbesar memiliki dinding yang solid, karena gambar bagian dalam berada di luar pemahaman manusia.
Meskipun semua upaya ini, pengabdian kepada Sang Buddha berada di jalan keluar, sama seperti di Champa, Kamboja, dan pasca Gupta India. Dengan 850 penguasa Sailendra Mataram telah masuk sekte Saivite agama Hindu, yang mengajarkan bahwa raja adalah sebuah avatar atau inkarnasi hidup dari dewa Siwa, dan mereka mulai membangun kuil Hindu untuk mencocokkan Borobudur, 50 mil jauhnya. Karena Srivijayans masih Budha, aliansi didinginkan. Ketika Mataram digulingkan oleh saingan, pangeran dari Kediri (sebuah kota dekat Mataram), di 928, orang Jawa kembali ke kebiasaan lama mereka merampok. Hubungan melakukannya bermusuhan menjadi duta Srivijayan yang pergi ke Cina pada 992, memohon bantuan terhadap para bajak laut Jawa. Orang Cina menolak untuk campur tangan.
Lebih banyak masalah yang akan terjadi. Pelanggan utama Sriwijaya, Cina dan Khilafah Abbasiyah, pergi ke potongan pada abad kesepuluh awal, menyebabkan kemerosotan ekonomi. Kemudian pada tahun 1030 datanglah serangan yang menghancurkan dari Kekaisaran Chola dari India selatan; Sriwijaya dipaksa untuk membayar upeti kepada Cholas sampai 1190. Ada beberapa pemulihan dalam 12-awal abad 13, namun negara itu tidak pernah makmur cara sebelumnya. The Laut Orangmenjadi bajak laut lagi, karena mereka tidak bisa lagi membuat hidup jujur. Akhirnya datang beberapa saat setelah 1230, ketika Sriwijaya kehilangan kendali atas sangat penting saluran air. Tidak ada rincian yang tersedia, tetapi ketika Marco Polo mengunjungi Sumatera pada tahun 1292, ia menemukan pulau dibagi menjadi delapan negara bagian, tidak satupun dari mereka yang mengaku sebagai kerajaan perdagangan kuno.
Sementara Jawa mengalami masalah sendiri. Pada 1016 Kediri hancur, tidak ada rincian yang tersedia untuk menggambarkan apa yang terjadi, tetapi sebuah prasasti yang ditulis dalam 1041 menyebutnya "penghancuran dunia." Kerajaan ini dipulihkan oleh anak mertua raja mati Airlangga, tetapi kemudian ia membuka kancing prestasinya dengan membagi kerajaannya di antara dua putranya agar mereka bertengkar atas takhta tunggal. Hampir dua abad perselisihan diikuti.
Kondisi mulai membaik akhirnya ketika seorang petualang bernama Arok menggulingkan Kediri pangeran terakhir di 1222, mendirikan sebuah kerajaan baru bernama Singosari. Pada saat ini kekosongan politik dan ekonomi ada di Indonesia, dan Jawa baru raja bersemangat mengisinya. Para Singosari paling kuat raja, Kertanagara (1268-1292), dikenakan kekuasaannya di pulau-pulau terdekat: Madura, Bali, Sunda kecil, dan bagian selatan Sumatera. Tapi ia pergi terlalu jauh dalam 1289, ketika ia dianiaya utusan Kubilai Khan, yang datang dari China untuk menuntut penyerahan ke Kekaisaran Mongol. Bangsa Mongol mengadakan ekspedisi menghukum, tetapi Kertanagara tewas akibat pemberontak Kediri, Jayakatwang, sebelum mereka tiba.
Jayakatwang pada gilirannya dengan cepat dilemparkan oleh Kertanagara itu anak mertua, Kertarajasa, yang digunakan bangsa Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang dan kemudian berbalik melawan mereka dan membawa mereka kembali ke laut. Sebuah ibu kota baru didirikan di Majapahit. Raja baru menghabiskan sisa pemerintahannya meletakkan pemberontakan, dengan bantuan seorang jenderal halus bernama Gajah Mada.
Pemerintahannya pun berakhir terlalu cepat, namun ketika ia mengambil istri Gajah Mada dan memasukkannya ke dalam harem-nya, waktu berikutnya raja membutuhkan sebuah Gajah Mada operasi memastikan para dokter memotong terlalu dalam. Gajah Mada adalah perdana menteri pada masa pemerintahan putri Kertarajasa itu (1329-1350), dan dalam tahun-tahun ini Majapahit menjadi pusat kerajaan. Para sejarawan telah memperdebatkan sejauh mana sebenarnya dari kerajaan Majapahit, beberapa mengatakan itu mencakup seluruh modern Indonesia dan Malaysia, sementara yang lain mengatakan itu hanya memerintah pulau penting yang secara langsung (Jawa, Madura, dan Bali?) Dan hanya didominasi laut sekitar sisanya.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk itu (1350-1389) adalah periode paling mulia dalam sejarah Jawa, sebagian berkat kekuatan di balik tahta, Gajah Mada. Sebagian besar pemerintahan Hayam Wuruk adalah masa damai dan pengembangan budaya, tetapi dimulai dengan kejadian dramatis. Pada 1351 Hayam Wuruk tanya raja yang masih independen Sunda untuk anak perempuan untuk menikah.Senang pada prospek untuk menjadi ayah mertuanya untuk raja Indonesia yang paling kuat, raja setuju. Dia datang dengan sang putri dan rombongan indah ke kota Jawa bernama Bubat, dimana kedua raja sepakat untuk menikah. Tapi Gajah Mada tidak menyetujui pernikahan. Sebelum itu terjadi, ia turun tangan dan mengatakan kepada raja Sunda bahwa pengantin wanita bukan obyek dari sebuah aliansi politik, tapi sebuah objek dari penghormatan yang diberikan oleh pengikut-Nya untuk tuan.Menyadari bahwa ia telah rapi terperangkap, raja mencoba untuk mundur dari pernikahan dengan bantuan penjaga, tapi penjaga Majapahit disiapkan untuk ini. Raja Sunda dan rombongan telah dikalahkan dan dibunuh. Catatan ada yang memberitahu kita apakah pengantin wanita hidup melalui pembantaian itu untuk mengambil bagian dalam pernikahan.
The "pertumpahan darah Bubat" berakhir masa penaklukan. Hayam Wuruk mengabdikan sisa pemerintahannya untuk membangun kuil baru, sebagai bukti bahwa periode sejarah yang baru telah dimulai. Gajah Mada menyewa seorang penyair bernama Prapanca untuk menulis sebuah puisi epik, yang Nagarakertagama, dalam pujian dari "pembangun kerajaan-disalahpahami." Selain itu, Gajah Mada terus sibuk dengan kegiatan lain begitu banyak bahwa ketika ia meninggal pada 1364, sebuah dewan negara memutuskan bahwa tidak ada yang bisa menggantikannya, dan dibagi di antara fungsi empat menteri. Jawa menikmati hubungan perdagangan dan baik dengan setiap bagian dari Timur Jauh kecuali Sumatera, yang meluncurkan pemberontakan berumur pendek untuk mengembalikan Sriwijaya tahun 1377.
Jawa segera dihancurkan pemberontakan itu, tetapi kemudian menurun drastis. Hayam Wuruk meninggalkan anak tidak dengan ratu, jadi dia dibagi Jawa antara kedua anak selir. Seperti bisa diduga, perang saudara pecah di antara mereka, dan kesatuan tidak dikembalikan sampai 1406. Di Sumatera bajak laut Cina bernama Liang Daoming mengambil Palembang dan membuat markasnya operasi, merampok pengiriman lokal sampai armada China datang dan dihapus dia di 1407. Orang Cina dikembalikan Palembang Majapahit, tetapi menurut catatan mereka sendiri kekaisaran sekarang ada dalam nama saja. Hampir tidak ada catatan ada untuk memberitahu kami tentang sejarah Indonesia di abad 15, tapi apa yang kita miliki menunjukkan bahwa ada pertikaian sipil di pemerintahan setiap. Tradisi Jawa menegaskan bahwa Muslim menguasai seluruh Jawa pada tahun 1478, tapi ini tidak sepenuhnya benar; prasasti menyebutkan seorang Hindu raja bernama Ranavijaya hingga akhir 1486. Ketika Portugis tiba di daerah tersebut, mereka menulis bahwa pantai Jawa memiliki sejumlah kecil negara Muslim, sementara kafir bernama Pateudra (Pati Udara?) Memutuskan interior. Pemerintahan Pateudra berakhir pada 1518 ketika ia digulingkan oleh sultan dekat (atau 1527?), Dan dengan hal pra-Islam sejarah Indonesia berakhir. Budaya Majapahit, namun, masih hidup di Bali, sebuah pulau dari tradisi kuno dalam lautan Islam.
2.2  Pra-Islam di Malaka
Negara Islam pertama di Asia Tenggara dengan kekuasaan yang sesungguhnya adalah Malaka, yang didirikan pada tahun 1401 oleh seorang pangeran Sumatra bernama Parameswara buronan. Malaka memiliki lokasi yang strategis untuk perdagangan, tepat di titik tersempit dari selat dengan nama yang sama, tapi selain tidak terlalu menjanjikan.Port miskin, dan begitu juga tanah sekitarnya, yang tidak bisa tumbuh cukup makanan untuk memberi makan populasi yang besar. Akhirnya, kerajaan Siam dan Majapahit keduanya mengklaim Semenanjung Malaya seluruh sendiri. Untuk Malaka untuk bertahan hidup itu membutuhkan sekutu yang kuat, dan ditemukan di Cina, yang pada waktu itu mengirim ekspedisi angkatan laut besar ke Pasifik dan Samudra India setiap tahun.Ini armada, berjumlah ratusan kapal dan ribuan pria, dipimpin oleh seorang laksamana bernama Zheng He (diucapkan "Huh Jung"), yang kebetulan seorang muslim Cina.Ketika Cina memperingatkan "Hands off Malaka!" orang Thai dan Jawa mendengarkan dan taat.
Pada  saat yang sama Parameswara mengundang pedagang Muslim untuk mengunjungi negara itu dengan membebankan mereka kurang untuk tugas pelabuhan dan biaya dari mereka membayar di Sumatera. Beberapa saat sebelum kematiannya pada 1424, Parameswara menjadi Muslim, mengubah namanya menjadi Megat Iskander (Muhammad Alexander) Shah. Sebagian besar rakyatnya ikut teladannya, tapi tidak langsung - dua berikutnya raja memiliki baik muslim dan non-muslim nama.
Pada saat ekspedisi angkatan laut Cina berhenti datang (1433), Majapahit tidak lagi ancaman, dan Malaka telah tumbuh cukup kaya untuk menyewa tentara bayaran yang dibutuhkan untuk menjaga Siam pada jarak yang aman. Malaka sekarang pelabuhan tersibuk di Asia Tenggara, menerima kapal dari Timur Tengah, India, Cina dan Indonesia. Kapal-kapal Bahasa Indonesia adalah yang paling penting dalam jangka panjang, karena mereka membawa rempah-rempah dari kepulauan Maluku, dekat New Guinea.
Pulau-pulau, segera akan disebut "Kepulauan Rempah-Rempah" oleh Eropa, adalah sumber terbesar di dunia lada hitam, kayu manis, jahe, cengkeh, pala, bunga pala dan kapur barus. Permintaan rempah-rempah di Barat adalah di semua waktu tinggi, karena diet Eropa Timur dan Tengah saat ini adalah sangat hambar tanpa mereka, apalagi, mereka membantu membuat daging busuk lumayan, yang membuat perbedaan dalam era sebelum pendingin ditemukan . Rempah-rempah juga banyak digunakan sebagai obat, dan pedagang menganggap mereka sebagai muatan ideal: komoditas mudah busuk yang dapat bernilai banyak uang tanpa menyita banyak ruang kargo.
Sayangnya untuk Eropa Barat, rempah-rempah dibawa barat dengan relay dari pedagang (Indonesia, Cina, India, Persia, Arab dan akhirnya Italia) dan setiap kali kargo berpindah tangan harganya naik.Sebuah tas cengkeh menjual selama tiga dukat (hampir $ 150) di India bisa menghabiskan biaya hampir lima puluh kali lipat pada saat itu mencapai Venesia. Jelas, siapa pun bisa mendapatkan rempah-rempah tanpa berurusan dengan tengkulak akan membuat keuntungan besar, dan tingginya harga rempah-rempah diminta salah satu negara paling jauh, Portugal, menganggap mereka dalam banyak cara yang sama bangsa-bangsa modern menganggap minyak; bangsa yang dikendalikan lada bisa mengendalikan dunia! Pada abad kelima belas Portugis awal laut kapten mulai berlayar jauh ke Atlantik, mencari cara untuk mencapai Timur dengan berlayar di sekitar Afrika. Jadi Zaman Eksplorasi dimulai, memuncak ketika seorang pelaut bernama Christopher Columbus mencoba rute alternatif ke Asia dan menemukan Amerika.

2.3  Pra-Islam di British Malaya, Singapura, dan Borneo
Raffles membenci pemberian Jawa kembali kepada Belanda, dan ia mencari koloni lain sebagai pengganti, yang akan memberikan Inggris peran yang dominan dalam Far Eastern commerce. Akhirnya dia memutuskan Singapura, sebuah pulau tak jauh dari ujung selatan Malaya.
Singapura adalah sempurna untuk apa Raffles yang ada dalam pikiran: ini memiliki lokasi geografis yang luar biasa, itu berpenduduk jarang, dan yang terpenting, itu tidak dikontrol oleh pemerintah asli yang kuat. Tahta negara Melayu terdekat, Johor, adalah kosong, dan Raffles Singapura diperoleh dengan mendukung klaim pangeran ke Johor dan meminta pulau itu sebagai pembayaran atas jasanya setelah itu. Lalu ia berbalik pelabuhan Singapura menjadi pelabuhan bebas di mana setiap orang bisa membawa kargo tanpa membayar pungutan yang diberlakukan di Batavia dan port Belanda lainnya. Tentu saja Belanda marah ketika mereka melihat sebuah kota Inggris sedang dibangun di tengah area mereka selalu dianggap milik mereka, tetapi Raffles didinginkan emosi mereka dengan memberi mereka Bencoolen, sebuah koloni Inggris yang telah ditetapkan di Sumatera beberapa tahun sebelum .
Koloni baru menjadi sebuah kesuksesan: $ 4 juta dalam barang perdagangan melewati port di kapal Asia di tahun pertama. Pada tahun 1823, empat tahun setelah ia mendirikan koloni Singapura, Raffles berlayar ke Inggris, tidak pernah kembali, tapi sudah koloni tumbuh begitu cepat sehingga dia bisa bangga dengan prestasinya.
Itu adalah petualangan juga perwira tentara Inggris, James Brooke, yang memberi pijakan Inggris di Kalimantan. Pada awal abad 19 Sultan Brunei mengklaim seluruh pulau dan kepulauan Sulu terdekat untuk dirinya sendiri. Namun, ketika Brooke tiba di kapal pesiar pribadinya pada tahun 1839, ia menemukan sultan dalam kesulitan karena pemberontakan di sudut barat daya alamnya, Sarawak.Brooke disebut di angkatan laut Inggris untuk menekan bajak laut lokal, yang berada di sisi pemberontak Sarawak. Sultan berterima kasih dihargai oleh Brooke penobatan dia pangeran dari Sarawak, dan dia memberi Inggris pulau lepas pantai Labuan kecil untuk digunakan sebagai stasiun pemuatan batu bara. Ratu Victoria knighted Brooke, dan ia menjadi dikenal secara lokal sebagai "Rajah Putih." Sarawak diperintah oleh keluarga Brooke sampai 1946, ketika diwariskan kepada pemerintah Inggris.
Pada saat yang sama sengketa muncul atas Kalimantan Utara tidak beradab, atau Sabah, yang diklaim oleh banyak tetapi diduduki oleh none. Belanda, Spanyol, Inggris, Brunei, Sarawak, dan Sultan Sulu (Filipina) semua mengklaim.
Begitu pula tiga pedagang Amerika, yang dibentuk Perusahaan Perdagangan Amerika Kalimantan pada tahun 1865. Mereka mendirikan sebuah pemukiman sekitar 60 km sebelah utara dari Labuan, tapi gagal hampir dari awal. Pada tahun 1876 Perusahaan Amerika dijual kepada pedagang Inggris. Kemudian pemerintah Inggris bergerak masuk Menggunakan negosiasi (dan beberapa suap yang ditempatkan secara strategis), Inggris berhasil mempengaruhi semua pihak lain untuk menjatuhkan klaim mereka. Sultan Brunei melihat apa yang akan terjadi berikutnya. Pada 1888 ia menyerah klaimnya Sarawak; apa yang tersisa dari negara itu menjadi protektorat Inggris, hampir tidak menghindari kolonisasi langsung.
Selama lebih dari generasi Inggris tidak tertarik dalam setiap bagian dari semenanjung Melayu selain pelabuhan Penang, Malaka, dan Singapura, yang disatukan dengan nama "Straits Settlements."Selama ini deposito besar timah ditemukan di daratan. Sejak Melayu santai tidak tertarik untuk kerja paksa, imigran Cina pergi bekerja di tambang, dan ketika mereka membutuhkan lebih banyak pekerja, mereka mengimpor sejumlah besar rekan senegara mereka untuk mengisi pekerjaan yang tersedia.Cina lainnya pindah ke pos-pos Inggris, di mana mereka membentuk kelas menengah pedagang dan rentenir, seperti yang mereka lakukan di Manila, Batavia dan Bangkok. Di akhir abad ke pohon karet diperkenalkan dari Brazil, tepat waktu untuk mendukung industri ban baru di dunia; sejumlah kecil tapi signifikan imigran India pindah untuk bekerja di perkebunan karet. Ketika abad ke-19 berakhir, Melayu menemukan diri mereka menjadi minoritas di negara mereka sendiri. Bahkan, mereka sudah minoritas, karena beberapa imigran Indonesia masuk juga; mereka dianggap Melayu segera setelah mereka turun dari perahu karena mereka berbagi bahasa yang sama dan agama dengan penduduk asli.Seorang pengamat Eropa menulis bahwa jika imigran Cina telah membawa wanita dengan mereka, mereka akan sepenuhnya diserap penduduk Melayu dalam beberapa generasi.
Sembilan Malaya sultan menemukan pendatang baru Cina menjadi kesukuan dan tidak mungkin untuk mengasimilasi. Para penambang Tionghoa mengorganisasikan diri ke dalam perkumpulan rahasia, yang mengobarkan permusuhan berdarah antara satu sama lain untuk menguasai tambang.
Inggris diabaikan pertengkaran ini pada awalnya, tetapi pada tahun 1874 pertempuran tumpah ke Penang.Inggris segera pergi ke negara Melayu terdekat, Perak, dan negosiasi gencatan senjata, dukungan itu dengan pasukan India. Sultan Perak diberi penasihat Inggris, yang mengatakan kepadanya bagaimana meningkatkan ekonomi lokal dan memastikan bahwa sultan tidak melupakan kepentingan Inggris di wilayah tersebut. Sistem baru bekerja sangat baik bahwa dengan 1896 empat negara bagian di pusat Malaya memiliki penasihat orang Britania. Pada tahun itu empat negara diorganisir menjadi federasi, dijalankan oleh penduduk-Inggris umum. Tempat yang dipilih untuk modal federasi, sebuah kamp pertambangan bernama Kuala Lumpur, di mana mencerminkan kekayaan riil tanah itu berasal. Pada tahun 1909 empat sultan utara, yang sebelumnya telah pro-Siam, "tanya" untuk perlindungan Inggris dan bergabung dengan federasi. The ketidaksepakatan terakhir, Sultan Johor, bergabung federasi pada tahun 1914.
Memiliki penguasa Inggris tidak mengurangi prestise dari sultan, tapi Inggris mengganggu sesedikit mungkin dengan adat Melayu dan praktek. Campuran etnis semenanjung, bagaimanapun, terbukti menjadi masalah Malaya terbesar. Melayu, Cina dan India tidak saling percaya, bahkan, setiap kelompok disukai pemerintahan Inggris terhadap dominasi oleh para pesaingnya. Karena situasi ini, tidak ada gerakan nasionalis sebelum Perang Dunia II, dan setelah perang Inggris yang ditawarkan sebelum kemerdekaan penduduk asli memintanya.
2.4  Pra-Islam di Malaysia
Malaysia yang terletak di wilayah Semenanjung Tanah Melayu merupakan pusat terpenting di Asia Tenggara. Untuk beberapa abad lamanya, amper ini menjadi jembatan dunia perdagangan. Wilayah yang meliputi satu kawasan di bagian selatan Semenanjung ini berbatas dengan Singapura.
Islam merupakan agama resmi Malaysia. Diperkirakan amper 60.4% masyarakat mengamalkan Agama Islam; 19% Buddha; 9% Kristen; 6% Hindu; dan 3% konfusianisme dan agama tradisonal Cina lainnya. Mazhab Syafi’i merupakan salah satu cabang ajaran utama di Malaysia.
Sekitar abad ke-14 agama Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, dan Malabar. Di samping itu, ada seorang ulama bernama Sidi Abdul Aziz dari Jeddah yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka dan kemudian terbentuklah kerajaan Islam di Malaka dengan raja pertama yaitu Sultan Permaisuri. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Iskandar Syah dan penyiar Islam bertambah maju. Sampai sekarang, perkembangan Islam di Malaysia bertambah maju dan pesat, terbukti dengan banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan-penyelenggaraan jama’ah haji yang begitu baik.
Dalam bidang politik pemerintahan, juga terdapat konsepsi dan pemikiran politik yang dipengaruhi oleh ajaran Al-quran. Sehingga tradisi politik melayu yang berbasis Hindu-Budha sebelum kedatangan Islam telah digantikan dengan ide-ide yang diilhami oleh Al-quran dan sumber-sumber sah Islam lainnya.
2.5  Pra-Islam di Singapura
Dalam perjalanan sejarahnya, dahulu Singapura mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Posisi stategis yang merupakan nilai lebih Singapura menjadikannya sebagai transit bagi perdagangan dari berbagai kawasan. Pada sisi lain, selain sebagai transit perdagangan letaknya yang strategis ini juga telah memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam.
Singapura menjadi sebuah Negara Republik yang merdeka setelah melepaskan diri dari Malaysia pada tanggal 17 Agustus 1965. Saat ini, Singapura merupakan Negara paling maju diantara Negara-negara tetangganya di kawasan Asia Tenggara. Namun demikian, Islam relative tidak berkembang di Negara ini, baik bila dibandingkan dengan sejarah masa lalunya, maupun bila dibandingkan dengan perkembangan Islam di Negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam perniagaan wilayah Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa diantara para pedagang ada yang menetap, dan menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk setempat. Lama-kelamaan mereka membentuk suatu komunitas tersendiri. Para pedagang tersebut tidak jarang menjadi guru agama dan imam. Dalam komunitas Muslim ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian dilanjutkan di surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800 di kampong Glam dan kawasan Rocor menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini, guru-guru dan imam sangat penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada masyarakat Muslim Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya, Muslim di Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi'I dan berpaham teologi Asy'ariyah. 
Pada abad-19 di kalangan komunitas muslim Singapura juga terdapat kelompok pendatang yang berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau, dan Bawean serta 1kelompok Imigran yang berasal dari luar seperti muslim India, dan keturunan Arab khususnya Hadramaut.
Kedatangan imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di Selat Melaka. Pada abad ke-19 hal ini telah menjadikan kota Singapura selain sebagai sentral ekonomi juga menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dan dakwah Islam.
2.6  Pra-Islam di Brunei
Brunei Darusslam adalah wilayah yang terletak di Barat Daya Pulau Borneo (Sabah). Brunei merdeka dari jajahan Inggeris tanggal 1 Januari 1984.
Filosofi politik Brunei adalah penerapan yang begitu ketat terhadap Melayu Islam Beraja (MIB) yang terdiri dari dua dasar yaitu Islam sebagai Guiding Principle dan Islam sebagai Form of Fortification. Dari dua dasar ini kemudian muncul penanaman nilai-nilai keislaman kenegaraan dengan tiga konsep. Yaitu :
1. Mengekalkan Negara melayu.
2. Mengekalkan Negara Islam.
3. Mengekalkan Negara beraja.
Berkaitan dengan masuknya Islam pertama, dapat diketahui berdasarkan bukti sejarah Brunei, yaitu batu di perkuburan Islam Rangas, Tutong Bandar Sri Begawan bertuliskan Cina bernama P'kung Chih-Mu meninggal 1264 M, ia adalah orang Cina yang masuk Islam.
Untuk menunjukkan identitas ideologi negara, sultan dalam beberapa kesempatan mengeluarkan dekrit yang isinya:
1. Membuat garis pemisah antara Islam pribumi dan Islam luar, terutama kaum fundamentalis, termasuk gerakan Al-Arqam dari Malaysia.
2. Sultan mengharuskan warga Melayu mampu membaca al-quran dengan mengeluarkan dana 2 juta dolar Brunei untuk merealisasikan kebijakan ini.
3. Memerintahkan pentingnya pengajaran bahasa Melayu dalam aksara jawi, agar masyarakat memahami hubungan antara bahasa melayu dengan warisan budaya Islamnya.
4. Tahun 1991 didirikan tabungan Amanah Islam Brunei (TAIB). Lembaga keuangan yang didasarkan syariat Islam guna mendukung investasi dan perdagangan meliputi bursa dan pasar uang serta pembangunan ekonomi atau industri di dalam dan luar negeri.
5. Pemerintah juga melarang jual beli minuman keras di toko-toko atau hotel, dan tempat lain.
2.7 Pra-Islam di Thailand
Dari sisi sejarah, berkembangnya Islam di Thailand sudah sejak abad ke-12 M yang berakar dari kesultanan Pattani. Masyarakat Melayu-Muslim Pattani hingga sekarang tinggal di empat provinsi di Thailand bagian Selatan, yaitu Pattani, Yalla, Naratiwat, dan Setul. Sebagian muslim lain juga mendiami Provinsi Songkla.
 Seluruh provinsi yang mayoritas muslim ini dulunya adalah termasuk wilayah Kesultanan Pattani abad ke-17 dan 18.
Dalam realitas kultural, ketika proses integrasi berlangsung, umumnya masyarakat muslim Pattani lebih suka bergabung dengan Malaysia. Hidup di bawah pemerintahan Muangthai yang agama negaranya adalah agama Buddha, mereka merasa diperlakukan tidak adil sebagai kelompok minoritas. Ketika pemerintah Thai mencopot kaum bangsawan Pattani dari kekuasaannya pada jabatan-jabatan penting di wilayah provinsi yang mayoritas muslim itu, dan menggantikannya dengan birokrat dari Bangkok atau provinsi Bagian Utara. Disamping itu, proses asimilasi dan akulturasi yang dipaksakan oleh Pemerintah Thai kepada Muslim Pattani dianggap oleh masyarakat muslim dalam rangka langkah strategis mengeliminasi budaya melayu yang identik Islam melekat bagi penduduknya.
Pada tahun 1950-an pemerintah membuat kebijakan baru dalam menindaklanjuti proses integrasi. Bidang pendidikan, pemerintah thai mengintervensi dalam pengaturan pondok pesantren tidak dapat dielakkan. Program perbaikan pondok dimulai dengan menawarkan bantuan keuangan. Tahun 1961-1966 di Pattani Raya terdapat 287 dari keseluruhan 486 pondok Pesantren ikut berpartisipasi dalam program ini. Namun para ulama pimpinan pondok mau mendaftarkan hanya sebatas mengharapkan bantuan. Dengan persyaratan mengubah kurikulum sesuai dengan pendidikan nasional, akhirnya para ulama menolak. Penolakan itu mengakibatkan pemerintah Thai mengancam kepada ulama dengan melarang menyelenggarakan pendidikan di pondok pesantren, karena dianggap melanggar hukum. Akibat ultimatum ini, para ulama kebanyakan terpaksa memberikan dukungan simbolis melalui pendaftran "partisipasi terbatas" dengan harapan nantinya bisa disusun kembali kurikulum yang mampu mengurangi intervensi dari pemerintah.
2.8  Pra-Islam di Philipina
Islam masuk ke wilayah Philipina Selatan khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Syarif Aulia karim Al Makhdum dan Raja Baginda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan Islam di kepulauan tersebut.
Dilihat dari segi politik, politik Philipina bergeser kea rah yang banyak melibatkan peran gereja yang berujung pada proses Kristenisasi di basis wilayah Melayu Muslim Moro. Fusi antara lembaga pemerintahan transisi dengan gereja ini, walaupun tidak nyata secara struktual, namun Nampak bagaimana gereja katolik telah banyak memainkan peran politik dengan mengatanamakan integrasi nasional.
Kebijakan pemerintah Philipina dari periode satu dengan yang lain pada dasarnya tidak berubah, yaitu: Pertama, pemerintah masih memegang pandangan colonial yaitu "Moro yang baik adalah Moro yang mati". Kedua, kaum muslim adalah penghambat pembangunan. Keempat, masalah mengintegrasikan mereka dalam arus utama di tubuh politik nasional.
Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam), Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura (Muzani, 1991: 23).
Sementara Mons yang membangun diri mereka di Lower (selatan) Burma, nenek moyang saat ini menetap Burma Burma (500-200 SM?). Para Tibet-Birma telah memperoleh ukuran peradaban dari sepupu mereka, orang Cina, tapi sekarang kemerdekaan dan gaya hidup mereka terancam oleh negara Cina tumbuh. 
Lebih menyukai kesulitan fisik untuk perbudakan, mereka pindah, satu suku, orang-orang Tibet, langsung pergi ke Tibet barat, sedangkan sisanya berbaris di atas pegunungan Yunnan dan Burma utara untuk mencapai lembah Irrawaddy. Dari sini suku menyebar ke daerah-daerah sekitarnya, dan di 167 AD mereka membentuk sebuah konfederasi bernama Pyu.
Para Pyus makmur dari pedagang yang sesekali digunakan Irrawaddy untuk pergi antara India dan Cina. Mereka juga bergaul dengan baik dengan Mons dan dengan India. Pengunjung Cina melaporkan bahwa Pyu memiliki masyarakat yang sangat elegan dan manusiawi. Belenggu, rantai dan penjara tidak diketahui, dan hukuman hanya untuk penjahat adalah beberapa stroke dari cambuk. Para pria mengenakan perhiasan emas di topi mereka dan wanita mengenakan perhiasan di rambut mereka; kedua jenis kelamin mengenakan pakaian biru cerah. Pyus tinggal di rumah-rumah kayu dengan ubin atap timah dan timah, mereka menggunakan pisau emas dan dikelilingi dirinya dengan benda-benda seni dari emas, hijau kaca, batu giok dan kristal. Tidak seperti Mons, yang memiliki seorang raja yang bertanggung jawab atas setiap kota Mon, para Pyus diatur oleh masing-masing suku perakitan demokratis.
Dari abad ke-6 dan seterusnya Burma berkembang menjadi yang terbesar dari suku-suku Pyu. Hal ini membuat sedikit perbedaan sampai 832, ketika Nan Zhao, Thailand pertama kerajaan, meluncurkan serangan dahsyat yang menghancurkan ibukota Pyu. Kepemimpinan dari masyarakat Burman dikirimkan ke Burma, namun tidak semua orang menyetujui ide itu, bahkan hari ini mayoritas Burma memiliki kesulitan bergaul dengan yang lain Tibet-Birma. Hal ini benar terutama dari Karen, minoritas etnis besar yang tinggal di sebelah Mons di Burma Tenggara, mereka telah menjadi musuh bebuyutan dari pemerintahan orang Birma untuk sebagian besar sebelas abad sejak jatuhnya Pyu. Dalam 849 Burma mendirikan kota mereka sendiri, menamakannya Pagan (diucapkan "Pah-gon"), dan membangun sebuah dinding di sekitarnya. Pada saat yang sama Mons membangun ibu kota baru untuk menggantikan Thaton, bernama Pegu, di tepi timur delta Irrawaddy.
Di pantai, antara delta Irrawaddy dan perbatasan modern Bangladesh, ada sebuah kerajaan bernama Arakan. Arakan adalah tanah berbentuk baji, 350 mil panjang dan 90 mil pada titik terlebar, sebuah pegunungan bernama Arakan Yoma memisahkannya dari seluruh Burma, membuat komunikasi sulit.Arakanese sangat erat terkait dengan Burma - sebenarnya mereka berbicara dialek Burma kuno yang tidak lagi digunakan oleh Burma sendiri - tetapi hambatan alam telah membuat mereka lebih tertarik di India dan laut daripada di saudara-saudara mereka di pegunungan.
Kebanyakan dari mereka adalah Buddha, tetapi agama Buddha tidak pernah menjadi agama negara dengan cara yang telah untuk Burma. Bahkan, ada sebuah komunitas Bengali Muslim di Arakan hari ini, produk dari toleransi Arakan tentang Islam ketika itu adalah sebuah negara merdeka mencari perdagangan dengan India.
Sejarah Arakan mengklaim bahwa kerajaan mereka didirikan pada tahun 2666 SM, dan mereka berisi daftar raja-raja akan kembali ke tanggal tersebut. Prasasti telah ditemukan yang menyebutkan sebuah kerajaan yang sangat tua di daerah tersebut (setua tahun 350 AD, tentu saja), tetapi mereka ditulis dalam bahasa Sansekerta, menunjukkan bahwa pendiri Arakan itu adalah India, tidak Tibet-Burman.Bukti pertama dari Arakan sendiri tanggal ke abad kesepuluh, sehingga mereka mungkin berasal sebagai salah satu suku Pyu, migrasi sejauh barat mungkin saat Pyu hancur. Bagian utara negara itu ditaklukkan oleh Anawrahta, yang penting pertama Burma raja, pada pertengahan abad ke-sebelas, tetapi tetap sebuah provinsi semi-independen, dengan raja sendiri turun-temurun, sampai kemerdekaan penuh itu kembali dua setengah abad kemudian.
Asal usul orang-orang Vietnam tidak pasti. Bahasa mereka mirip dengan bahasa Mon-Khmer, tetapi ada juga kemiripan dengan Thailand dan bahasa Melayu. Vietnam sendiri menyatakan salah satu raja pertama China sebagai nenek moyang mereka, dan bahkan ada suatu suku yang menyebut dirinya "Viet" (Yue dalam bahasa Cina) di tepi Sungai Yangtze (di Cina provinsi Zhejiang) dalam SM milenium pertama teori sekarang diterima adalah bahwa Viets bermigrasi ke selatan setelah Cina diserap tanah air mereka di 334 SM Beberapa Viets menetap di Provinsi Fujian; kerajaan mereka, yang disebut Man Viet (Min Yue di Cina), ditaklukkan oleh China pada 110 SM sisa yang Viets dilanjutkan ke Red River delta, menikah dengan orang-orang sudah tinggal di sana, dan membentuk etnik Vietnam hari ini.
Negara Vietnam pertama di sepanjang Sungai Merah, Van Lang ("Tanah Pria bertato"), mungkin mitos - legenda Vietnam mengklaim itu didirikan pada 2879 SM! Paling-paling Van Lang adalah memori samar-samar dari kebudayaan Dongson yang ada di wilayah tersebut sebelum Viets tiba. Van Lang terakhir raja digulingkan tahun 258 SM oleh seorang imigran bernama An Duong Vuong (kepala dari Viets?), Yang berganti nama menjadi negara Au Loc. Au Loc pada gilirannya ditaklukkan oleh seorang jenderal Cina bernama Zhao Untuk di 208 SM Tetapi bahkan sedangkan Cina mengambil alih, tuan dari Cina, dinasti Qin, digulingkan. Alih-alih mengirimkan ke kaisar baru, Zhao mengambil untuk dirinya sendiri nama Viet, Trieu Da, diadopsi Viet adat istiadat, dan menyatakan daerah di bawah kekuasaannya - Merah lembah Sungai ditambah Guangdong dan provinsi Guangxi - sebuah kerajaan independen yang disebut Viet Nam ( Nan Yue di Cina). Pada titik ini sejarah yang benar menggantikan legenda.
Selama hampir satu abad penerus Trieu Da digunakan duel diplomatik dan militer untuk menjaga keluar Cina. Kemudian pada 111 SM Nam Viet ditaklukkan oleh kaisar Cina Wu Di. Pada awalnya, Cina diperintah leniently, memperkenalkan banyak hal orang Vietnam menyambut, seperti menulis, jalan, kanal, pertanian ditingkatkan, dan alat-alat besi / senjata. Tapi Viets menolak untuk menjadi Cina, sebagai akibatnya, dari abad pertama Masehi dan seterusnya, China berusaha program Sinicization total. Ribuan administrator Cina, tentara dan sarjana masuk, mengisi pekerjaan pemerintah yang sebelumnya dipegang oleh Vietnam. Konfusianisme, Taoisme, dan bahasa Cina diajarkan; adat istiadat Cina dan mode menjadi wajib. Meskipun semua ini hanya elit berpendidikan dipengaruhi banyak, dan bahkan mereka lebih suka berbicara hanya Vietnam di rumah.
Pemberontakan besar pertama terhadap kekuasaan China (39-42 AD) dipimpin oleh Trung Trac, istri seorang mulia dieksekusi oleh Cina, dan adiknya Trung Nhi. Mereka mengumpulkan para kepala suku dengan pengikut bersenjata mereka, menyerang dan menghancurkan benteng Cina, dan menyatakan dirinya ratu dari Vietnam independen. Orang Cina kembali, namun, dengan tentara baru, kembali memberlakukan aturan mereka, dan berusaha lebih keras dari sebelumnya untuk mengasimilasi penduduk asli. Wanita lain, Trieu Au, memimpin pemberontakan kedua di 248, tetapi hancur dalam enam bulan, seperti saudara Trung, ia menenggelamkan diri untuk menghindari penangkapan oleh orang Cina. Tiga pemberontakan terjadi pada abad keenam, dan Cina memenangkan setiap waktu.Setelah pemberontakan pertama jenderal Cina, Ma Yuan, didirikan dua pilar perunggu di perbatasan selatan Vietnam, menandai dimana Cina berpikir dunia yang beradab itu berakhir. Di luar yang tinggal pilar setan saja, hantu, biadab subhuman - dan Chams.
Ke selatan, di lingkungan Hue modern, sebuah kerajaan yang berbeda itu mulai. Champa, seperti yang disebut kerajaan, yang pertama yang tercantum dalam catatan Cina dengan nama "Linyi", dan tanggal pendiriannya diberikan sebagai 192 AD Diperintah oleh seorang raja dibalut kapas, dengan kalung emas dan bunga di rambutnya, yang Chams dibesarkan mutiara dari Laut Cina Selatan dan diproduksi obat luar biasa kuat dan kemenyan. Prajurit mengenakan baju besi rotan dan mengendarai gajah dalam pertempuran, sering untuk menyerang permukiman Cina.
Seperti tetangga mereka di selatan dan barat, Chams adalah Melayu. Karena lokasi mereka, Champa dipengaruhi oleh budaya Cina dan India pada awalnya. Kemudian, ketika kekaisaran Gupta muncul di India (4 abad), banyak perdagangan antara India dan Champa terjadi. Hasilnya adalah bahwa kebudayaan Champa itu menjadi benar-benar Indianized. Sansekerta secara luas digunakan sebagai bahasa suci, raja mengambil nama Sansekerta, dan nama-nama kota Champa itu adalah bahasa Sansekerta yang seperti ini: Amaravati (modern Quang Nam), Vijaya (Binh Dinh), Kauthara (Nha Trang), dan Panduranga ( Phan Rang). Pada saat yang sama India dan Cham seni itu identik.
Pantai pegunungan Vietnam tengah tidak bisa memberikan lahan pertanian cukup untuk menjaga makan Chams, sehingga dari tahun-tahun awal masyarakat mereka adalah kapal-berorientasi, tergantung pada kedua perdagangan dan pembajakan (tanpa preferensi tertentu) untuk mencari nafkah. Sebagian besar serangan diarahkan ke utara menuju bagian Cina yang diduduki Vietnam, hingga Cina membalas dengan menghancurkan Vijaya, ibukota Cham, di 446. Champa jatuh di bawah kekuasaan China sampai kembali kemerdekaannya pada tahun 510. Tiga puluh tahun kemudian, penurunan Funan memberikan Chams kesempatan untuk memperluas selatan, dan mereka maju sampai ke tepi delta Mekong.
Pada abad berikut Champa bertukar serangan dengan Cina, Khmer, dan Jawa. Keterampilan tentara Cham, kekuatan laut yang kuat dan posisi tanah hampir tak tergoyahkan mereka semua memberikan kontribusi bagi keberhasilan Champa itu. Tapi pembajakan mereka membuat semua musuh Champa tetangga, dan Chams mendapat lebih dari yang mereka tawar-menawar untuk ketika Vietnam ternyata sebagai agresif seperti mereka.
Di akhir abad kedelapan kontrol Cina atas Vietnam melemah, mendorong serangan dari Jawa (767) dan kerajaan Thailand Nan Zhao (862-863), dalam 780 bit Champa dari provinsi Hue, Quang Tri dan Quang Binh. Ketika Cina dinasti Tang digantikan oleh anarki pada abad kesepuluh awal, Vietnam dibuat lagi tawaran untuk kemerdekaan. Kali ini, di bawah pemimpin mereka, Ngo Quyen, mereka berhasil, dan setelah kemenangan angkatan laut besar dalam 939 orang Vietnam bebas akhirnya.
Kerajaan-kerajaan di daratan Asia Tenggara terlalu kuat bagi Barat untuk menaklukkan langsung sebelum 1800, tetapi Eropa individu menemukan cara untuk membuat kerusakan, pada skala yang lebih besar dari jumlah mereka akan menyarankan. Para bajak laut Portugis yang bertugas di angkatan laut dari Arakan (lebih banyak tentang mereka dalam beberapa halaman) adalah contoh dari jenis kegiatan. Salah satunya, Philip de Brito, menerima tawaran untuk menjadi raja dari Mons setelah Pegu dihancurkan pada 1599. Dia mungkin telah menikmati dukungan Mon tanpa batas waktu, tapi begitu posisinya tampak aman ia mencoba untuk mengubah rakyatnya secara massal ke agama Kristen, dilucuti emas dan perhiasan dari pagoda dan dilebur lonceng kuil untuk melemparkan meriam. Perilaku yang mengasingkan Mons, dan mereka menyambut Burma ketika mereka merebut kembali Burma lebih rendah pada 1613; Anaukpetlun tewas de Brito dan dideportasi sisa 400-orang Portugis garnisun.
Pada saat yang sama lainnya Iberia petualang mencoba keberuntungan mereka di Kamboja. Seorang misionaris beberapa sudah ada sejak 1550-an, tapi oposisi Buddha selalu memaksa mereka untuk pergi lagi. Hal ini berubah pada 1580-an, ketika sebuah perjuangan yang sedang berlangsung antara Siam dan Kamboja berbalik melawan Kamboja. Sebagai raja Siam, Naresuen, maju pada Lovek (modal Kamboja untuk banyak abad 16), raja Kamboja lemah, Satha, menjadi putus asa. Menggunakan Diogo Veloso, seorang tentara Portugis dari keberuntungan, sebagai utusan-Nya, Satha memohon bantuan, pertama dari Portugis di Malaka, kemudian dari orang-orang Spanyol di Manila. Sebuah gaya Spanyol itu dikirim dari Manila tahun 1594 tetapi tiba terlambat; orang-orang Spanyol menemukan bahwa Kamboja telah jatuh ke Siam, Veloso adalah tahanan di Siam, dan Raja Satha adalah seorang pengungsi di Laos. Pemimpin Spanyol, Blaz Ruiz, ditangkap dan ditempatkan pada sebuah kapal penjara menuju Siam. Tidak mau menyerah begitu saja, Ruiz berhasil membajak kapal dan membawanya kembali ke Manila. Sementara itu Veloso sama akal mendapatkan bantuan dengan Naresuen dan mendapat dirinya ditempatkan di perintah dari sebuah kapal yang mengangkut duta besar Siam ke Manila.
Petualangan menjadi semakin aneh sekali Veloso dan Ruiz bersatu di Manila. Melupakan bahwa dia sekarang resmi seorang diplomat Siam, Veloso mengklaim bahwa ia mewakili Kamboja mantan raja dan menandatangani perjanjian sangat tidak teratur. Dokumen ini memungkinkan pasukan Spanyol, pedagang, dan misionaris untuk melakukan perjalanan secara bebas di Kamboja, dan berjanji bahwa raja dan ratu akan menjadi orang Kristen dengan imbalan bantuan militer. Kemudian Veloso dan Ruiz memimpin serangan di Siam yang diduduki Phnom Penh. Memutuskan pada awalnya untuk kembali ke Manila setelah urusan ini, mereka kemudian berubah pikiran, melompat kapal di pelabuhan Vietnam, dan berjalan darat dari Vietnam ke Laos, di mana mereka menemukan bahwa Satha dan putra sulungnya telah meninggal. Para petualang kembali ke Kamboja pada 1597 dengan putra kedua Satha di belakangnya; takut invasi lain Spanyol, Kamboja ketakutan memungkinkan mereka untuk mahkota pangeran sebagai Raja Barom Reachea II.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Senada dengan Hefner, John L. Esposito melukiskan pengalaman dan keterkejutannya melihat Islam Asia Tenggara saat ini. Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, Esposito tidak tertarik kepada Islam di Asia Tenggara. Salah satu faktornya adalah pandangan umum yang berkembang di kalangan ilmuwan barat, bahwa Islam Asia Tenggara adalah Islam peripheral (pinggiran). Namun, tahun 1990-an Esposito mengalami ketertarikan, bahkan kekaguman. Esposito mengatakan bahwa Indonesia dan Malaysia akan muncul dan memainkan peran penting dalam dunia Islam.
Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang mengaku sebagai Muslim. Berdasarkan kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan satu-satunya wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya hingga Asia Selatan, yang mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama lslamnya. Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai lautan Cina dan mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina.

3.2  Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat berharap ada kritikan dan saran yang sifatnya untuk membangun. Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis begitu juga pembaca.

Daftar Pustaka


,Abd. Ghofur, M.Ag, Sejarah Islam Asia Tenggara .UIN SUSKA RIAU, 2008
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 2004)

Apipudin SM, M.Hum Islam di Asia Tenggara.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),
Drs. H. Suhaimi, M.Ag, Sejarah Islam Asia Tenggara,  Unri Press, Cetakan Kedua, 2010, Pekanbaru.
Hasan, Ridwan. Pemurnian Aqidah Masyarakat Islam Acheh. 2008


Supriyadi, M. Ag, Dedi.2008.Sejarah Peradaban Islam.Bandung: PUSTAKA.

















0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Bluehost